Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Injil dan Tujuan Hidup

19 Maret 2018   16:34 Diperbarui: 17 Agustus 2018   04:31 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berasal dari keturunan Israel saja sudah membanggakan, apalagi dari suku Benyamin (lihat juga Rm. 11:1). Bangsa Yahudi pada waktu itu memahami betapa berharganya garis keturunan ini. Benyamin adalah salah satu anak dari Rahel, istri yang dicintai oleh Yakub. Dia satu-satunya anak Yakub yang lahir di tanah perjanjian (Kej. 35:16-18). Raja pertama Israel, Saul, berasal dari suku ini (1Sam. 9:1-12). Bukan kebetulan juga jika Paulus memiliki nama Ibrani yang sama dengan raja tersebut. Selama zaman kerajaan sampai kelepasan dari Babel, suku Benyamin tetap setia pada Kerajaan Israel (1Raj. 12:21; Neh. 11:7-9, 31-36).

Ungkapan “orang Ibrani asli” (Hebraios ex Hebraiōn) secara hurufiah dapat diterjemahkan “seorang anak laki-laki Ibrani dari orang tua Ibrani”. Paulus tidak hanya menegaskan bahwa Israel secara biologis, tetapi juga secara kultural. Dia berbahasa Aramaik dan Ibrani. Dia menganut adat-istiadat Yahudi dengan ketat. Walaupun Paulus lahir di perantauan (Tarsus, Kis. 22:3), tetapi dia dibesarkan di Yerusalem (Kis. 26:4).

Menjadi orang Farisi bukanlah hal yang sembarangan. Ada banyak kelompok religius pada waktu itu, tetapi kelompok Farisi memiliki pengaruh terbesar di masyarakat. Mereka terkenal sebagai golongan yang paling setia dan ketat dalam memelihara Hukum Taurat (Kis. 26:5). Perjuangan dan pengorbanan mereka selama masa pemberontakan terhadap bangsa Siria sudah teruji dan terkenal. Ternyata, bukan hanya Paulus yang berasal dari kelompok Farisi, tetapi orang tuanya juga (Kis. 23:6). Dia bahkan belajar langsung dari Gamaliel, seorang guru ternama di kalangan Farisi (Kis. 5:34; 22:3).

Sebagai bagian dari hasratnya yang kuat terhadap Taurat, Paulus pernah menjadi penganiaya orang-orang Kristen. Kata “kegiatan” (zēlos) lebih tepat diartikan “semangat yang menyala- nyala” (bdk. 1Kor. 15:9; 1Tim. 1:13). Artinya, penganiayaan yang dia lakukan merupakan salah satu bukti bagaimana dia sangat bersemangat dalam membela Taurat. Apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus dipandang bertabrakan dengan ajaran Taurat versi Farisi, sehingga kekristenan perlu dimusnahkan (baca Kis. 8:1-3; 9:1-2).

Puncak dari kebanggaan Paulus adalah kualitas ketaatannya terhadap Hukum Taurat. Ketaatannya tidak bercela. Pernyataan ini bukan sekadar sarkasme. Bukan pula kesalahpahaman dari pihak Paulus dalam menilai dirinya. Pada saat yang bersamaan, hal ini juga tidak berarti bahwa dia tanpa dosa. Pernyataan ini perlu dipahami sesuai konteksnya, yaitu perbandingan dengan para pengajar sesat di Filipi. Maksudnya, jika kebenaran di hadapan Allah dapat diperoleh melalui ketaatan kepada aturan-aturan Taurat, Paulus pasti berada di barisan terdepan (bdk. orang muda yang saleh di Luk. 18:21).

Transformasi hidup yang berpusat pada Injil (ayat 7-11)

Nuansa berbeda kita rasakan pada saat berpindah dari ayat 4-6 ke ayat 7-11. Semua daftar kelebihan di bagian sebelumnya bukanlah dasar untuk bermegah. Bukan hanya tidak boleh dijadikan kebanggaan, semua itu justru berdampak negatif bagi Paulus. Ada perubahan 180 derajat di sini. Bukan sekadar pergeseran, tetapi pembalikan.

Pembalikan ini melibatkan transformasi akal budi. Kata “menganggap” (hēgeomai) muncul berkali-kali di ayat 7-8. Makna kata ini lebih ke arah “mempertimbangkan”. Aspek kognitif ini juga diperkuat dengan pemunculan kata “pengenalan” (gnōsis) dan “mengenal” (ginōskō) di ayat 8 dan 10. Walaupun dua kata ini tidak hanya mengandung elemen intelektual (lihat pembahasan selanjutnya), tetapi elemen ini tetap sangat kental di dalamnya. Jadi, perubahan gaya hidup harus melibatkan transformasi akal budi. Iman tidak meniadakan pikiran. Iman bukanlah pelarian dari pergumulan intelektual. Sebaliknya, iman merupakan landasan bagi transformasi dan optimalisasi pikiran.

Transformasi akal budi yang berpusat pada Injil Yesus Kristus memberikan orientasi hidup yang baru. Orientasi ini mencakup tujuan, nilai, dan makna hidup. Mengenali tiga hal ini merupakan hal yang sangat penting, karena yang membedakan antara “sekadar ada” (existing) dan “hidup” (living) adalah pemahaman seseorang tentang tujuan, nilai, dan makna hidupnya. Di antara tiga hal ini, tujuan hidup menempati posisi terpenting. Semua dinilai berdasarkan tujuan.

Pertama, tujuan hidup. Kontras antara ayat 4-6 dan 7-11 terletak pada pemahaman Paulus tentang tujuan hidupnya yang sudah berubah. Sekarang dia hidup untuk “memperoleh Kristus” (ayat 8). Apa yang dimaksud di sini diterangkan di ayat 10: memperoleh Kristus berarti mengenal Dia secara personal. Bukan sekadar pengenalan secara kognitif (walaupun hal itu sudah termasuk di dalamnya). Pengenalan ini berkaitan erat dengan kuasa (dynamis) dan persekutuan (koinōnia). Dengan kata lain, pengenalan yang personal adalah pengenalan yang relasional.

Jika kita mau jujur dengan kenyataan, kita akan mengakui bahwa yang paling berharga dalam kehidupan adalah relasi yang penuh kasih. Banyak orang bahkan rela melakukan hal-hal yang paling bodoh sekalipun hanya untuk memperolehnya. Di dalam Kristus semua ini sudah disediakan, tanpa kita mengupayakan. Relasi ini juga tidak akan pernah padam. Bahkan kematian pun tidak akan mampu memutuskannya. Siapa yang mengalami persekutuan dengan kematian-Nya juga akan merasakan kuasa kebangkitan-Nya (ayat 10-11).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun