Penafsiran bahasa roh (hermeneia glosson)
Ciri khas bahasa roh adalah tidak dapat dipahami baik oleh pendengar (1Kor. 14:2) maupun oleh pembicara sendiri (1Kor. 14:14). Bahasa roh hanya dapat diartikan bila disertai karunia penafsiran, dan setiap bahasa roh yang diucapkan dalam ibadah harus ditafsirkan supaya dimengerti oleh jemaat (1Kor. 14:13, 27-28). Tampaknya Paulus menganggap bahasa roh sebagai unsur dalam ibadah yang biasa dan berguna, walaupun bukan karunia yang paling utama.
Para teolog berdebat tentang arti kata “hermeneia” dalam 1 Korintus 12:10. Kata ini dapat merujuk pada artikulasi verbal dari sebuah pikiran atau perasaan yang tidak terungkapkan. Jika arti ini benar, maka bahasa roh adalah sebuah realita non-linguistik walaupun melibatkan suara tertentu (semacam keluhan atau seruan kegembiraan). Bagaimanapun, tampaknya bukan hal demikian yang dimaksudkan Paulus.
Kata ini juga bisa berarti penafsiran/penjelasan (Luk. 24:27), atau terjemahan (Kej. 42:23; Yoh. 9:7). Jika arti pertama benar, maka yang ditekankan bukan padanan kata per kata, tetapi inti dari yang disampaikan. Jika arti kedua yang dimaksud, maka hermeneia merujuk pada terjemahan ketat sesuai setiap kalimat yang diucapkan. Di antara tiga alternatif ini, yang kedua tampaknya lebih tepat. Yang ditekankan Paulus bukan arti kata per kata, tetapi inti dari perkataan tersebut. Kegunaan penafsiran bahasa roh adalah mengungkapkan misteri ilahi di dalamnya (14:2), sehingga jemaat dapat dibangun.
Karunia tersebut melengkapi karunia bahasa roh dengan cara mengartikannya, supaya dapat dipakai dalam ibadah. Apa yang tidak jelas dijadikan jelas, sehingga berguna untuk umat Tuhan. Pendeknya, fokus yang disorot adalah menyataan hal-hal rahasia dari Allah, bukan detail tiap kata yang diucapkan. Karunia ini diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi penyalahgunaan bahasa roh dan untuk menjamin bahwa setiap jemaat memahami segala sesuatu yang diucapkan dalam kebaktian.
Sebagaimana kita dapat mengejar karunia-karunia rohani (12:31), demikian juga dengan karunia menafsirkan bahasa roh. Kita boleh mendoakan hal ini (14:13). Karena penafsiran bahasa roh tidak didapat melalui belajar dan latihan, melainkan dengan doa, demikian pula bahasa roh tidak dapat diperoleh melalui latihan-latihan tertentu. Keduanya adalah pemberian Roh Kudus seturut dengan kehendak-Nya sendiri (12:7, 11). Gereja-gereja modern yang mendorong dan melatih jemaat mereka untuk berbahasa roh jelas bertentangan dengan firman Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H