CINA – CHINA – TIONGHOA
Mulanya biasa saja; sebuah kata yang dieja dengan “cina”. Lalu, muncul isu-isu politik. Sekelompok orang Indonesia memanfaatkan kata “cina” sebagai kata dengan konotasi negatif.Kata ini kemudian menetap dan mengendap dalam berbagai ingatan. Proses pemupukan berlangsung selama puluhan tahun.
Sebenarnya dalam bahasa lisan pengucapan “cina – china” sama saja. Beda sedikit tak apa. Ucapan ini kemudian dipaksakan harus menjadi /caina/. Apa lacur perbedaan mulai muncul dan mengundang tanya dan mengundang rasa. Timbul keinginan untuk membakukan ejaan “china” dan pelafalan /caina/. Walhasil, perasaan syak wasangka yang sudah sekian lama terkubur, kembali terkuak. Mengapa harus ada bentukan baru?
Memang kita harus berani bersikap dalam budaya berbahasa. Bergurulah ke negeri Cina dan sapalah orang-orang Tionghoa.
(Stephanus Bala)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H