Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Perang Marketplace

17 Agustus 2016   16:53 Diperbarui: 17 Agustus 2016   17:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dan perang marketplace.

Saat ini di Indonesia begitu banyak e-commerce yang bermunculan dan berperang di curuk yang sama: market-place. Mulai dari OLX, bukalapak, tokopedia, mataharimall, lazada, sampai baru-baru ini grup Alfamart memunculkan Alfacart.

Ketika saya melihat spanduk Alfacart di Alfamart depan rumah, saya tertarik untuk membukanya di ponsel, dan saya mendadak pusing melihat layoutnya yang begitu ramai, dan yang paling menonjol adalah smartphone. Memang, curuk penjualan gadget begitu menggiurkan karena nilainya yang besar. Perkembangan teknologi telah membuat orang membeli gadget online, dan membuat satu-persatu toko ponsel di Harco sepi dan tutup.

Namun, yang saya sayangkan adalah perusahaan-perusahaan yang sudah established di satu bidang, seperti Matahari dan Alfa, menjadi tidak fokus ketika masuk ke dunia digital. Saat ini konsumen sudah sangat pusing melihat perang iklan e-commerce di jalanan, di layar ponsel, radio, bahkan TV. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, bubble e-commerce akan menghantam kembali dan akan menyisakan perusahaan e-commerce yang  fokus. Sebagai contoh, matahari dikenal sebagai brand fashion menengah, dan memiliki beberapa private brand sendiri, namun saya bahkan tidak menemukan produk tersebut di mataharimall.com. Atau misalnya Alfacart, saya bahkan tidak bisa menemukan beberapa groceries yang ingin saya beli, atas dasar convenience daripada harus berjalan kaki ke minimarket.

Kunci untuk selalu bertahan di tengah persaingan adalah selalu mengikuti perubahan. Namun, sayangnya perubahan yang mereka lakukan malah ekspansi ke bisnis lain di digital yang bukan core bisnisnya mereka, dan setelah itu tanpa disadari perusahaan lain akan mengambil alih core bisnis mereka di digital. Contohnya tabloid bola, beberapa tahun yang lalu ketika saya kerja di salah satu agensi media periklanan terbesar di Jakarta, saya baru tahu bahwa bola.net bukan dimiliki oleh tabloid bola, melainkan grup KapanLagi. Begitu cerdiknya owner KapanLagi, dia membeli domain bola.net dan memiliki traffic yang luar biasa besar dalam beberapa tahun. Setelah itu tabloid Bola baru menyadari potensi yang ia lewatkan dan terpaksa memasuki dunia digital dengan domain yang lain. 

Bicara tentang groceries, saat ini pun happyfresh sudah mencoba mengambil curuk ini, namun sayangnya saat ini perkembangannya terhambat mata rantai distribusi karena ia mengambil produk dari retailer akhir, yang mana happyfresh harus mengambil tambahan margin dari harga retailer tersebut yang menyebabkan harga lebih mahal dibanding jika kita belanja di retailer nya langsung. Ini sebenarnya potensi yang sangat bagus dari Alfamart atau Indomaret, karena di beberapa toko mereka yang dekat dengan perumahan, mereka sudah memiliki armada delivery. Jika armada tersebut dapat diintegrasikan dengan asset .com mereka, alangkah sungguh menyenangkan bagi konsumen!

Mungkin curuk groceries dianggap kecil karena valuenya yang tidak seberapa, namun jangan lupa dengan space branding yang bisa didapatkan dari puluhan brand consumer goods yang mulai sangat agresif di digital. Saat ini, perusahaan consumer goods harus membayar puluhan juta untuk space pillar branding atau mailer di supermarket modern (bagi yang tidak tahu, mailer itu adalah semacam selebaran terdiri dari beberapa lembar yang isinya produk-produk yang sedang promo, dan biasa kita temukan ketika masuk ke supermarket). Ya, perusahaan prinsipal harus membayar untuk dapat masuk ke mailer tersebut, di luar dari budget promo yang digelontorkan untuk memberikan diskon ke konsumen.

Maka bisa kita bayangkan, jika satu dari perusahaan groceries di Indonesia bisa memenangkan persaingan grocery delivery di tengah masyarakat Indonesia yang mulai malas menghadapi kemacetan atau mencari parkir demi belanja mingguan, potensi pasarnya akan jauh lebih besar daripada gadget. Ya iyalah, kita beli grocery seminggu sampai sebulan sekali, sedangkan gadget rata-rata ganti 1-2 tahun sekali.

Satu perusahaan digital Indonesia yang menurut saya sangat sukses untuk fokus adalah bilna.com. Saya tidak familiar dengan bilna sampai suatu saat saya menjadi ibu baru. Karena menyusui pertama kali itu luar biasa sakit, teman saya menyarankan untuk membeli krim medela, dan cara mendapatkannya paling murah dan mudah adalah di bilna.com. Lalu saya menyadari bilna.com juga menjual popok bayi sekali pakai jauh lebih murah daripada di supermarket, walaupun ternyata deliverynya membutuhkan waktu seminggu. Namun sayangnya, tak lama kemudian Bilna dibeli Orami grup dan berubah menjadi Orami.com. Orami kini juga menjual groceries, mungkin karena mereka menyadari potensi pasarnya. Dan waktu deliverynya kini jauh lebih cepat, cukup 2 hari saja.

Tidak hanya cerita sukses, namun ada cerita gagal dari sukamart.com. Mereka adalah supermarket online pertama di Indonesia, dan sempat menjadi pembicaraan. Namun sayangnya mulai bulan Juli kemarin, Sukamart harus tutup dan hanya melayani konsumen korporat. Dugaan saya, dikarenakan harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan toko tradisional, sukamart mulai sepi order. Mungkin margin yang tinggi tersebut dikarenakan biaya delivery yang harus dikeluarkan perusahaan.

Oleh karena itu, potensi ini sangatlah menggiurkan bagi perusahaan minimarket dengan armada yang sudah ada. Mereka hanya perlu membangun sistem yang terintegrasi antara situs dengan sistem order toko. Ketika saya tinggal di perancis, untuk ibu-ibu bekerja yang sibuk dan tidak punya waktu untuk belanja groceries, sistem yang ditawarkan oleh semua supermarket adalah sistem book melalui situs dan kemudian kita tinggal pick-up barangnya yang sudah dimasukan ke dalam kantong oleh petugas supermarket. Sangat convenience... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun