Mohon tunggu...
Stephanie Prisca Dewi
Stephanie Prisca Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru di Banjarnegara yang dekat wilayah dataran tinggi Dieng. Menjadi pebelajar tidak harus muda dan tua. Pebelajar adalah semua usia. Kita hanya perlu "MAU" untuk belajar. Karena ketika kita mau kita akan mampu. -Stephanie Prisca Dewi- Penikmat Kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Media Video Pembelajaran dan Kantong Bilangan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kasmaran

26 September 2022   10:45 Diperbarui: 27 September 2022   09:30 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lokasi: SD Negeri Kasmaran, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara

Lingkup Pendidikan: Sekolah Dasar

Tujuan yang akan dicapai: Meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika materi pembagian bilangan bulat satu angka pada siswa kelas IV SD Negeri Kasmaran

Tanggal Pelaksanaan: 10 September 2022

Penulis: Stephanie Prisca Dewi, S.Pd.

Situasi

Pandemi Covid-19 memaksa pemerintah membuat berbagai kebijakan di berbagai sektor, demikian juga di bidang pendidikan.  Saat pandemi covid-19 siswa belajar di rumah secara daring. Setelah pandemi covid-19 mereda, siswa bertahap sudah diperbolehkan belajar secara luring di sekolah. Proses adaptasi dari belajar daring ke luring memunculkan dampak yang besar, antara lain:

  • Siswa kurang bersemangat saat belajar di kelas.
  • Siswa kurang mandiri mengerjakan tugas yang diberikan.
  • Menurunnya tingkat kedisiplinan siswa.
  • Sumber belajar kurang beragam dan hanya berpusat pada guru.
  • Pada saat proses pembelajaran siswa enggan bertanya.

Kondisi tersebut juga disebabkan karena penulis belum maksimal melakukan inovasi pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan lebih banyak ceramah. Metode ceramah bukan merupakan metode yang kurang baik apabila diterapkan dalam proses pembelajaran, hanya saja kita perlu memilah metode yang tepat untuk diterapkan saat proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Selain itu, penulis juga belum maksimal memanfaatkan penggunaan media ajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun pertimbangan penulis untuk membagikan praktik baik ini antara lain:

  • Hasil wawancara yang sudah dilakukan terhadap kepala sekolah dan rekan sejawat, mengalami masalah yang sama dalam pembelajaran yaitu rendahnya motivasi belajar siswa.
  • Menjadikan praktik baik pembelajaran yang sudah dilakukan sebagai cara untuk memotivasi diri untuk merancang dan menerapkan pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan karakteristik siswa.
  • Diharapkan dengan praktik baik ini dapat menjadi referensi bagi rekan guru lain untuk menerapkan pembelajaran dengan kondisi latar belakang yang relatif sama dengan penulis alami.
  • Mampu menjadi motor penggerak dan inspirasi untuk rekan sejawat dalam upaya melakukan pembelajaran yang inovatif dan memanfaatkan media interaktif terintegrasi TPACK.

Peran penulis dalam praktik baik ini adalah dengan merancang perangkat pembelajaran yang akan digunakan, mempersiapkan pendukung yang dibutuhkan sehingga mampu mendesain sebuah pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan media interaktif berbasis teknologi informasi.

Berdasarkan pada peran tersebut, maka tanggung jawab penulis adalah mendesain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswanya dengan menerapkan pembelajaran inovatif berbantuan media berbasis teknologi informasi (integrasi TPACK) sehingga secara efektif dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Tantangan

Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara, ditemukan penyebab masalah yang mendasari rendahnya motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas IV antara lain:

Siswa

  • Rasa enggan belajar karena kondisi peralihan dari PJJ menjadi PTMT.
  • Siswa sering kurang fokus dalam proses pembelajaran.
  • Siswa kurang konsentrasi ketika terlihat kegiatan olahraga di luar kelas.
  • Siswa kesulitan memahami materi yang diajarkan.
  • Kurangnya waktu pendampingan dan kemampuan dari keluarga dalam memahami materi pembelajaran.

Guru

  • Aktivitas kegiatan dalam proses pembelajaran belum berpusat pada siswa atau student centered.
  • Guru yang hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar.
  • Guru yang terlalu nyaman dengan cara mengajar ceramah  satu arahnya.
  • Guru belum mampu membuat pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.
  • Guru belum menerapkan model pembelajaran yang mampu menggali potensi dan minat bakat siswa.

Sekolah

  • Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran masih kurang, seperti tersedianya proyektor.
  • Fasilitas perpustakaan yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal.
  • Ketersediaan sumber belajar masih terbatas, sehungga kurang dapat dipergunakan sebagai referensi.

Berdasarkan penyebab masalah yang telah ditemukan, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan praktik baik ini antara lain:

  • Mampu menemukan model pembelajaran inovatif yang tepat untuk mencapai tujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
  • Merancang sebuah media interaktif yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari pelaksanaan praktik baik ini.
  • Mengelola aktivitas kegiatan siswa dalam pembelajaran yang mampu membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
  • Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.
  • Mendesain ulang ruang kelas agar lebih nyaman.

Dari tantangan yang muncul adalah pada sisi siswa dan guru. Tantangan yang dihadapi guru berkaitan dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang dimiliki guru. Model pembelajaran inovatif, penggunaan media berbasis teknologi informasi dan media konkret dalam dapat dihadirkan pada saat proses pembelajaran agar bisa menambah motivasi belajar siswa. Sedangan tantangan yang dihadapi siswa berkaitan dengan meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa selama proses pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi tantangan tersebut sangat diperlukan strategi yang tepat. Guru harus bisa meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik maupun profesionalnya. Melakukan asesmen formatif secara individu, memberikan lembar kerja kelompok sembari menilai keterampilan siswa dalam kelompok

Aksi

Tantangan yang muncul harus segera dicari penyelesaiannya. Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk menghadapi tantangan tersebut, antara lain:

1. Menerapkan model pembelajaran inovatif

Salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan penulis dalam proses pembelajaran adalah efektivitas penggunaan model pembelajaran. Dalam mata pelajaran matematika, penulis mengaplikasikan pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eka Eismawati, Henny Dewi Koeswanti, Elvira Hoesein Radia (2019) Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam melibatkan seluruh siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir, karena semua pembelajaran di dalamnya dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari. Hal utama yang perlu diperhatikan penulis disini adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan memahami dengan baik sintaks model pembelajaran yang digunakan. (Eka Eismawati, Henny Dewi Koeswanti, Elvira Hoesein Radia (2019). Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran problem based learning (PBL) siswa kelas 4 SD. http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/mercumatika/article/view/694/510)

2. Menyiapkan media yang akan digunakan

Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di kelas dapat membawa keberhasilan bagi guru maupun siswa. Salah satu media berbasis teknologi informasi yang bisa digunakan adalah penerapan video dalam pembelajaran. Hal ini sesuai penelitian dari Friendha Yuanta (2019)  Pengajaran dengan menggunakan video bercirikan adanya pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti proyektor film, tape recorder dan proyektor visual lebar. Jadi pembelajaran melalui video adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui penglihatan dan pendengaran. Media video ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena dapat menyimak sekaligus melihat gambar. (Friendha Yuanta (2019). Pengembangan Media Video Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Sekolah Dasar. https://journal.uwks.ac.id/index.php/trapsila/article/view/816/704)

Selain itu, media konkret yang dapat menunjang dalam pembelajaran matematika yaitu media pembelajaran  Kantong Bilangan. Hal ini sesuai penelitian dari Sri Kundarsih, Su’ad, Santoso (2022) Media pembelajaran Kantong Bilangan merupakan suatu media pembelajaran yang berisi kotak – kotak yang bisa dipergunakan untuk mengetahui nilai tempat suatu bilangan dan mempermudah siswa untuk melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Melalui media konkret tersebut, akan tercipta pemahaman yang mendalam bagi siswa tentang materi yang dipelajarinya yaitu operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dengan alat peraga yang memudahkan untuk melakukan operasi hitung, sehingga  meningkatkan pemahaman materi dan lebih jauh yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam langkah ini penulis dituntut untuk bisa mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan media konkret yang ada di sekitar agar siswa lebih mudah dalam mempelajari materi. Selain itu, juga dengan mengimplementasikan teknologi informasi dalam pembelajaran. Dalam praktik baik ini penulis menggunakan video pembelajaran yang ditayangkan berbantuan powerpoint dan juga media Kantong Bilangan. (Sri Kundarsih, Su’ad Su’ad, Santoso Santoso (2022) Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Kantong Bilangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SD.https://pajar.ejournal.unri.ac.id/index.php/PJR/article/view/8339/pdf)

3. Menyusun Asesmen

Menurut Mariyati Teluma dan Wanto Rivaie (2019) penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, guru dituntut untuk bisa menilai secara keseluruhan. Sebelum melakukan penilaian guru perlu mempersiapkan instrumen asesmen mulai dari kisi-kisi, bentuk asesmen, dan pedoman penilaiannya. Pada praktik baik ini penulis menerapkan asesmen formatif individu dan kelompok, serta keterampilan siswa dalam kelompoknya. (Mariyati Teluma dan Wanto Rivaie (2019). Penilaian. Penerbit PGRI Prov. Kalbar. https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=sibHDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=penilaian+hasil+belajar&ots=ROrYlN0DpH&sig=8_LlgRVCK8L2tbFXI5szwiVIW08&redir_esc=y#v=onepage&q=penilaian%20hasil%20belajar&f=false)

4. Melakukan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang baik menjadi modal bagi kesuksesan sebuah kegiatan pembelajaran. Menurut Supriyanto (Erwin Widiasworo:2018), ruang lingkup pengelolaan kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal bersifat fisik dan nonfisik. Yang penulis lakukan dalam praktik baik ini mengelola ruang belajar dan penempatannya disesuaikan dengan kondisi ruang kelas serta kelompok yang dibuat dalam pembelajaran. Dengan harapan dapat membuat siswa lebih nyaman dalam berinteraksi dengan baik di kelas. Tidak lupa untuk melibatkan siswa mewujudkan kondisi kelas yang rapi, bersih, dan nyaman. Dalam praktik baik ini penulis bersama siswa mendesain ulang kelas agar lebih menarik. Dalam pembelajaran penulis mengelompokkan siswa secara heterogen beranggotakan 4 siswa di setiap kelompok. Selain itu, siswa juga diberi reward ketika sudah melaksanakan tugas dan ikut aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Pemberian reward diharapkan bisa memotivasi siswa untuk ikut aktif mengikuti pembelajaran. (Erwin Widiasworo, S.Pd. (2018). Cerdas Pengelolaan Kelas. Diva Press.  https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=hZmyDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA5&dq=pengelolaan+ruang+kelas&ots=i_1sDIu4OG&sig=ZRmZaAPQXF-a5vKt2ugpjJASbWI&redir_esc=y#v=onepage&q=pengelolaan%20ruang%20kelas&f=false)

Refleksi dan Dampak

Secara umum pembelajaran matematika yang dilakukan guru di sekolah dasar masih belum berjalan secara maksimal. Guru dalam proses pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Sedangkan materi dalam matematika adalah konsep yang bersifat abstrak, yang memerlukan media atau proses untuk mengkonretkanya agar mudah dipelajari.

Refleksi hasil dan dampak dari aksi yang telah dilakukan antara lain:

  • Menurut Andi Yunarni Yusri (2018), pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam memahami konsep yang diberikan. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran membuat siswa lebih bersemangat, dan termotivasi selama proses pembelajaran. Dalam kelompok, siswa terlihat aktif berdiskusi memecahkan permasalahan, dan lebih berani serta percaya diri saat memaparkan hasil diskusi kelompoknya. (Andi Yunarni Yusri (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII Di SMP Negeri Pangkajene. https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv7n1_6/345)
  • Menurut Risqa Tri Oktaviani (2019), media audio visual gerak yang saat ini sangat diminati oleh pengajar yaitu video. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, serta mempengaruhi sikap. Karakteristik dari video yaitu kejelasan pesan, berdiri sendiri, user friendly, representasi isi, visualisasi dengan media, menggunakan resolusi yang tinggi, dapat digunakan secara klasikal atau individual. Penggunaan media berbasis teknologi informasi yang diimplementasikan dalam bentuk video pembelajaran yang ditayangkan berbantukan powerpoint dapat menarik perhatian siswa. Tayangan video pembelajaran membuat siswa tidak cepat bosan dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil asesmen diperoleh hasil 21 dari 23 siswa mendapatkan nilai yang maksimal. (Risqa Tri Oktaviani (2019). Pemanfaatan Video sebagai Media Pembelajaran dalam Pendidikan dan Pelatihan(Diklat). https://ejournal.perpusnas.go.id/md/article/view/728/720)
  • Menurut Sri Kundarsih, Su’ad, Santoso (2022) Kantong Bilangan merupakan media 3 dimensi yang memberikan gambaran proses konkret dalam pembelajaran, gambaran nyata ini diperoleh dari pengoperasian yang dilakukan menggunakan kantong-kantong dan sedotan yang dijadikan bentuk konkret dari simbol matematika. Berdasarkan hal tersebut anak akan lebih mudah dalam memahami konsep. Terlihat dalam pembelajaran saat mencoba menggunakan media konkret kantong bilangan siswa terlihat antusias untuk mempraktikkan. Siswa merasa senang karena dalam pembelajaran tidak hanya mendengarkan guru menjelaskan, melainkan bisa ikut aktif belajar membangun pemahamannya sendiri. (Sri Kundarsih, Su'ad Su'ad, Santoso Santoso (2022) Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Kantong Bilangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SD.)
  • Menurut Sartika Dewi Lukitawanti, Parno Parno, Sentot Kusairi (2020), asesmen formatif didefinisikan sebagai proses asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung guna memahami kemajuan siswa dalam belajar, serta memperoleh informasi tentang bagaimana guru mengembangkan keberlangsungan pembelajaran. Dalam praktik baik ini, penulis memberikan lembar kerja kelompok yang berbentuk soal cerita dan asesmen formatif individu sebanyak lima soal. (Sartika Dewi Lukitawanti, Parno Parno, Sentot Kusairi (2020). Pengaruh PjBL-STEM Disertai Asesmen Formatif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke. http://journal2.um.ac.id/index.php/jrpf/article/view/12987)

Hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:

  • Asesmen Formatif Individu

Tabel 1. Tabel Hasil Asesmen Formatif Individu

No.

Nama Siswa

Nilai Perolehan

1.

Abid Arkan Rizqullah

100

2.

Afifah Afraa

100

3.

Akhmad Husain Sihabudin

100

4.

Aqil Abdul Manan

100

5.

Arif Abdulloh

6.

Azzahra Asyifa Rahma

100

7.

Ega Dhani Apriyanto

100

8.

Eka Wahyu Kirana

100

9.

Idam Muzaka

10.

Ihgfirli Faizi Rohmah

100

11.

Kurnia Faathir Annafish

100

12.

Khantika Hemasatyani

100

13.

Maura Khansa Salsabila

100

14.

Muhammad Abiq Zakaria

100

15.

Syifa Hidayatul Chusna

100

16.

Triyudha Maulana

100

17.

Vika Maulana Rohmah

80

18.

Zulfa Nur Aulia

80

19.

Kesya Zahrah Khoirun Nisa

100

20.

Dany Naufal Abiyu

80

21.

Irsyad Maulana

100

22.

Ulil Albab Zada Ilmana

100

23.

Izudin Ega Pratama

100

Dari tabel diatas diperoleh rerata hasil belajar siswa adalah 97,14 dan ketuntasan belajar mencapai 91% atau ada 21 siswa sudah tuntas dan 2 siswa belum tuntas.

  • Keterampilan Siswa Saat Diskusi

diagram-2-6331a1196292e953a7604622.png
diagram-2-6331a1196292e953a7604622.png
Berdasarkan sikap siswa saat diskusi kelompok dari tiga aspek yang dinilai yaitu kemampuan mendengarkan, komunikasi verbal dan partisipasi dalam kelompok, diperoleh hasil:
  • Sebanyak 80% siswa sangat baik, 12% baik, dan 8% cukup saat mendengarkan teman dalam kelompoknya.
  • Sebanyak 75% siswa sangat baik, 20% baik, dan 5% dapat merespon dan menunjukan komunikasi verbal dalam kelompoknya.
  • Sebanyak 70% siswa sangat baik, dan 30% siswa baik saat partisipasi dalam kelompok.

Selama proses pembelajaran menggunakan strategi tersebut respon positif yang didapatkan antara lain:

  • Dari siswa merasa tidak bosan dan lebih termotivasi untuk belajar. Siswa juga merasa senang karena mereka diajak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
  • Dari kepala sekolah dan teman sejawat memberikan respon positif. Secara keseluruhan pembelajaran menarik, siswa terlibat aktif, dan terarah.
  • Hasil belajar siswa dan keterampilan dalam kelompok meningkat.

Faktor keberhasilan selama proses pembelajaran dipengaruhi oleh perencanaan, pelaksanaan, dan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran, model dan media yang digunakan. Dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) menunjukan  siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran terlihat juga dari indikator keaktifan naik dari sebelum menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penggunaan media video dan media konkret kantong bilangan juga membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran yang dapat diambil dari praktik baik yang sudah dilakukan adalah penulis bisa berinovasi dan berkreasi menerapkan pembelajaran yang menarik sesuai kebutuhan belajar siswanya. Sehingga, dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun