Tiba-tiba aku memuntahkan kertas yang berisikan bahasa yang tidak aku mengerti dan hal yang mengejutkan adalah kakiku kembali menjadi utuh
"Maaf" Nenek melanjutkan "Kau seharusnya sudah meninggal"
"Meninggal?!" Aku menatap Nenek lekat-lekat seraya mencari pembenaran  "Tapi aku hidup sekarang. Bagaimana mungkin, Nek?"Â
"Ingatan terakhirmu adalah ingatanmu tepat sebelum kau tiada dan yang kau muntahkan adalah mantra untuk menghidupkanmu kembali. Tubuhmu sudah kembali sempurna sekarang" Nenek menundukkan kepalanya
"Tapi.. mengapa?" Tanyaku lirih
"Nenek tidak sanggup harus kehilangan orang yang Nenek sayangi lagi dan kau sekarang satu-satunya!" Nenek mulai meluapkan emosinya "Dulu saat kehilangan Ayah dan ibumu, Nenek masih berpikir positif, tetapi ketika kau menyusul mereka, Nenek tidak bisa lagi"
Aku menghambur ke pelukan Nenek yang paling aku sayangi
"Nek.." aku memanggil Nenek perlahan dan alhasil air mataku lolos lagi
"Ya cucuku sayang?"
"Apabila memang begitu, aku senang karena aku kembali" Aku memeluk Nenek semakin erat
Biarlah. Aku tidak peduli ini benar atau salah. Aku percaya Nenek. Sekarang, aku hanya ingin menikmati waktuku bersama Nenek.