Hari Sabtu adalah waktu Dea berubah menjadi malas. Ia ingin tidur sampai siang lalu pergi berdua dengan Reno, pacarnya, di sore nanti. Namun, dari lantai bawah sudah terdengar suara Ayah yang memanggil Dea untuk melakukan ritual keluarga yang rutin dilakukan pada pagi hari.
Saat Dea turun ke bawah, sudah ada Bunda yang sedang menyiapkan hidangan untuk ritual mereka. Ya, ritual ini bukan ritual macam-macam, hanya sebatas sarapan bersama anggota keluarga. Ayah bilang bahwa bangun pagi dan bertemu dengan keluarga sebelum memulai aktivitas akan menambah energi dan semangat nantinya
"Yah, aku mengantuk sekali" Dea mengucek matanya dengan agak kasar, ia kesal karena setiap pagi harus melakukan ritual ini
"Dea," Ayah berdeham "Pertama, bangun pagi itu bagus dan-"
"Berkumpul dengan keluarga itu adalah sebuah keharusan" Dea memotong kata-kata pamungkas ayahnya yang sudah di luar kepala
Bunda menyiapkan berbagai macam hidangan sehat untuk dikonsumsi di pagi hari seperti salad, oatmeal, dan buah-buahan yang sebenarnya Dea tidak terlalu suka
"Bunda, Dea ingin nasi uduk saja" Dea memelas pada Bunda
"Makan yang sudah disediakan, Dea. Ini semua enak dan sehat loh" Bunda mengerling pada Dea
"Pertama, kita selalu makan di waktu yang sangat pagi. Ini jam tujuh lewat lima belas dan aku tidak suka makanannya. Deo beruntung deh! Aku juga ingin menginap saja di rumah teman kayak Deo"
Deo adalah saudara kembar Dea. Kebetulan ia sedang pergi menginap di rumah temannya. Sebelum pergi, ia menjulurkan lidah pada Dea karena berhasil meninggalkannya untuk melakukan ritual sendirian. Uh, Dea sebal sekali pada Deo!
"Dea, sekarang ayah tanya. Bagaimana perasaanmu setiap bangun pagi?"
"Aku sangat mengantuk!"
"Lalu?" Ayah melanjutkan pertanyaannya
"Sejujurnya aku jadi lebih.. bugar? Mungkin seperti tidak gampang lelah?"
"Putri ayah pintar.." Ayah tersenyum menggoda anak perempuannya
Menurut Ayah, Dea memang anak yang manja. Segala keinginan Dea selalu dituruti hingga Dea menginjak SMA. Ketika  Dea mulai berkuliah, Ayah Dea ingin mengajarkannya untuk lebih disiplin dimulai dari ritual yang Ayah buat di setiap paginya
"Sekarang giliran Bunda yang tanya ya," Bunda melirik Dea "Kamu senang tidak kalau kita kumpul seperti ini tiap pagi?"
"Jujur, awalnya Dea memang mengantuk, tetapi ketika pembicaraan kita mengalir, mood-ku jadi bagus untuk mulai kegiatan lain. Belum lagi dengar celotehan Ayah, segala komentar Ibu, dan Deo yang selalu menggangguku!"
Ayah dan Bunda tertawa kecil
"Dea, kesehatan itu memang mahal. Ayah lihat kamu tidak suka bangun pagi dan suka jajan sembarangan. Mulailah disiplin ya" Ayah menegaskan sedikit
"Kumpul keluarga juga membuat kamu senang kan? Bayangkan kalau kita sibuk masing-masing? Kamu dan Deo pulang malam kalau ada kegiatan organisasi. Ayah lebih sore kalau tidak lembur. Lebih baik kita bertemu di pagi hari saja" Sambung Ibu
Dea tersadar bahwa ia memang sangat menyayangi keluarganya. Semuanya baik dan perhatian. Dea merasa sangat dicintai
"Oh iya, nanti sore Dea ijin pergi sama Reno ya"
"Boleh, tapi syaratnya Reno harus makan sayur dulu ya" Kata Ayah sembari tertawa jahil
"Ayah... jangan begitu"
Semua yang ada di meja makan tertawa, kecuali Deo yang belum pulang. Mungkin, Dea ingin menghujani Deo dengan pelukan dan cubitan selepas Deo pulang nanti.
Dea sayang semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H