Mohon tunggu...
Stephanie Maria Mantiri
Stephanie Maria Mantiri Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menuangkan imajinasi ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kotak Pandora

26 Juni 2022   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2022   15:31 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Ilustrasi Kotak Pandora. Sumber: iStock.com

Hari ini aku kembali membuka kotak pandora milikku. Apa ada yang pernah dengar tentang kotak pandora?. Kalau belum, biar aku jelaskan sedikit. Dalam mitologi Yunani, kotak pandora adalah guci yang diberikan pada wanita pertama bernama Pandora pada pesta pernikahannya. 

Seharusnya Pandora tidak boleh membuka guci itu, tetapi karena penasaran ia justru membukanya. Ternyata, guci itu berisikan segala macam hal buruk dan teror yang menyebabkan segala kejahatan bebas ketika guci tersebut dibuka dan akhirnya mempengaruhi manusia. 

Kembali lagi pada kotak pandora milikku. Ukurannya tidak besar, kira-kira panjangnya hanya sekitar lima belas sentimeter. Walau begitu, kotak ini rasanya dapat menyimpan seluruh kenangan dalam hidupku. Maka dari itu, seperti kotak pandora milik Pandora yang tidak boleh dibuka, punyaku juga demikian. 

Hanya aku yang boleh membukanya karena banyak rahasiaku di dalamnya. Kotak pandora juga membantuku dalam menyimpan ide-ideku untuk menulis, yaitu salah satu hobi yang kusukai. Maka, aku memang menjaga kotak ini dengan sangat baik.

Hari ini, aku sedang bersama sahabatku yang bernama Kiran. Aku meminta tolong untuk membantuku dalam memilih ide untuk menulis yang kusimpan di dalam kotak pandora. Jari-jarinya yang lentik tampak mengutak-atik isi kotak dengan lihai

"Jadi menurutmu, hari ini aku harus menggunakan ide yang mana?" Tanyaku padanya

"Aduh, idemu banyak sekali sih. Kira-kira kau mau yang mana?" Kiran mulai menggerutu. Ini adalah salah satu hal yang tidak kusukai dari Kiran, ia gemar mengeluh

"Aku justru mengundang kau untuk memilih, Kiran. Bukan untuk menggerutu bersamaku" 

"Baiklah, aku pilihkan lagi. Bagaimana kalau hari ini temanya cinta?"

"Tidak mau! Aku bosan dengan tema itu" seruku pelan sembari menyilangkan tangan.

Kiran adalah sahabatku yang paling setia menemaniku. Terkadang ia bisa sangat baik , tetapi bisa juga berubah jahil dan menakut-nakutiku. Kiran paling senang kalau menemaniku memilih ide cerita untuk menulis. Ia tahu aku sangat suka menulis dan selalu memberiku dukungan terhadap hal ini

"Hari ini mana yang kau pilih? Cerpen atau puisi?"

"Hmm.. jujur aku bosan dengan puisi. Aku sepertinya selalu menuangkan ideku dengan bentuk itu"

"Baiklah, aku memerintahkan kau untuk menulis cerpen pada hari ini" Kiran tersenyum riang dan menantang kepadaku

"Bagus juga, tapi ide-ide yang kusimpan di kotak tidak ada yang menarik perhatianku lagi" Kataku sedikit putus asa

Mata Kiran bergerak kesana-kemari mencari inspirasi. Ia bahkan mengambil barang-barangku satu demi satu untuk menemukan secercah ide yang mungkin saja abstrak. Aku tidak peduli bila ia ingin mengacak kamarku sampai hancur karena aku memang percaya padanya. Pandangannya terhenti ketika menatap kotak pandoraku cukup lama

"Hei, menurutku ini adalah ide yang bagus" Kiran tersenyum penuh kemenangan

"Apa?" 

"Itu.. ide untuk cerpenmu hari ini. Kotak pandora kesayanganmu," Kiran berpikir sejenak dan seketika tersenyum "Kotak pandora penghasil ide-ide cemerlangmu selama ini"

"Hmm.. bisa kupertimbangkan. Kau memang jenius Kiran"

"Kau terlalu berlebihan. Aku jadi sebal," Kata Kiran sembari memutar bola matanya "Ya sudah, kalau begitu kau coba dulu tuangkan idemu. Kalau ada apa-apa panggil aku ya"

"Terima kasih Kiran!"

Tidak lama setelah Kiran pamit, aku langsung membuka ponselku. Mungkin harus langsung kutulis idenya agar tidak lupa. Aku memandang kotak pandoraku yang berwarna merah muda. Ia sangat cantik dan pantas menjadi inspirasiku hari ini. Aku sangat berterima kasih pada Kiran, si pikiranku yang juga cantik. Tidak lupa juga rasa terima kasihku pada otak, si kotak yang menjadi pusat pikiranku

Uh, ya.. kotak pandora maksudku.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun