Pada waktu itu, Bulan menunduk ke bawah sembari memperhatikan manusia-manusia dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya.Â
Bulan melihat ada seseorang yang sedang tertidur. Maka, Bulan memohon pada Langit agar manusia itu diberikannyalah mimpi indah.Â
Langit pun mengutus para Bintang untuk menyusun mimpi indah dibantu dengan sorot cahaya bulan nan indah. Menurut Bulan, tugas kali ini mudah. Memberikan kebahagiaan bagi manusia yang diawasinya.
Bulan kemudian menengok ke arah lain. Banyak juga manusia yang mencari hiburan di tengah malam. Segerombolan anak muda tampak bercanda satu sama lain, seraya menikmati malam.Â
Maka, ia terangkan sorotnya agar gerombolan itu tetap dapat menikmati malam yang indah. Bulan sudah menyaksikan banyak manusia yang menikmati masa muda kemudian akan menua dan menghilang dari bumi seiring waktu.Â
Sering pula Bulan melihat rombongan anak muda yang awalnya beramai-ramai kemudian berkurang jumlahnya seiring waktu.Â
Terkadang Bulan penasaran ke mana perginya mereka. Pertanyaan ini mungkin akan ia tanyakan pada Langit nanti, atau mungkin Mentari melihat mereka saat ia sedang bertugas.
Dilain arah, Bulan melihat seorang lelaki menangis sendirian di bangku taman sembari memandangi foto seorang perempuan. Bulan merasa iba dan kemudian bertanya pada Langit
"Mengapa ia menangis?. Apa ada yang dapat kita bantu?"
"Tidak ada yang dapat kita bantu. Ia baru saja kehilangan istrinya bulan lalu"
Lelaki itu menangis cukup lama dengan tangisan yang rasanya tak kuat lagi Bulan dengar.Â
Bulan belum pernah merasakan kehilangan apapun, tetapi yang ia tahu bahwa ketika hari terakhir bumi ini berpijak di alam semesta, maka ia akan turut menyaksikan semuanya musnah, termasuk dirinya. Lagi-lagi, ia tak tahu seberapa mengoyak rasa sakit hati yang dialami manusia.
"Aku lihat kau selalu penasaran dengan emosi manusia? Mengapa?" Langit bertanya padaku, ia sudah menjadi sahabatku yang kupercayai selama aku membantu memberikan cahaya untuk bumi
"Aku terkadang penasaran, manusia memiliki perasaan yang rumit. Terkadang terlihat sedih kemudian terlihat senang, atau sebaliknya."
"Intinya, manusia itu makhluk yang rumit dan Sang Pencipta adalah maha adil."
Tak berapa lama, Bulan melihat lelaki itu berjalan ke arah rumahnya yang tak jauh dari taman tersebut. Ketika dibuka pintu rumahnya, tampak anak remaja menyambut kehadirannya dan memeluknya erat
"Remaja itu adalah anaknya. Lelaki itu masih ada kebahagiaannya. Sudah kubilang, Sang Pencipta itu adil."
Bulan mengangguk. Tak jauh dari rumah lelaki itu, tampak sepasang suami-istri sedang bertengkar hebat. Bulan menerangkan cahayanya untuk melihat dari jendela pasangan itu. Sang suami berteriak kencang tetapi sang istri juga tampaknya tak ingin mengalah
"Sudahlah Bulan. Jangan terlalu membuat dirimu bingung. Manusia adalah makhluk yang diciptakan serupa dengan Sang Pencipta dan merupakan perwujudan dari makhluk paling sempurna di semesta ini. Maka, manusia adalah makhluk yang selalu dapat membuat keputusan dari apapun yang diperbuatnya," Langit memberi penjelasan
"Aku masih kurang mengerti."
"Maksudku, pasangan ini. Seperti kataku, karena manusia adalah perwujudan makhluk sempurna yang diberi akal budi dan hati nurani. Maka dari itu, manusia adalah makhluk yang dapat menentukan keputusannya."
"Ya, aku selalu melihat bahwa manusia adalah makhluk yang dapat melakukan apa saja. Aku sedikit iri."
"Pasangan ini dapat saja memutuskan untuk introspeksi diri lalu kembali bersama atau berpisah dan menemukan kebahagiaan mereka masing-masing. Tidak seperti kita yang ditugaskan untuk menjaga bumi. Hal terpenting adalah bahwa masing-masing dari makhluk yang ada di semesta harus belajar menerima takdirnya," Langit melanjutkan
Bulan mengangguk mengerti. Memang betul kata langit, manusia adalah makhluk yang rumit. Mungkin karena takdir yang dipikul manusia berat, maka manusia diciptakan dengan gejolak emosi yang lebih besar dibanding makhluk lain.Â
Manusia dapat merasa sedih, marah senang dan lain sebaginya. Melalui berbagai emosi yang dirasakan manusia, mereka dapat memilih tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Maka dari itu, pengalaman yang dirasakan mamusia sangat beragam menurut Bulan.
Senyum Bulan muncul seketika. Hal yang seharusnya ia lakukan adalah menjalankan takdirnya yaitu mengawasi dan menemani manusia dengan takdir yang juga dijalankan oleh masing-masing manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H