Mohon tunggu...
stephani arum sari
stephani arum sari Mohon Tunggu... -

Saya Stephanie, mahasiswi Ilmu Komunikasi UAJY.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berteriaklah Secara Bebas, Sekarang Juga!

20 April 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi berkembang pesat, penyebaran informasi turut berevolusi. Internet membawa andil dalam revolusi tersebut. Internet berhasil membuka gerbang demokratisasi masyarakat untuk dapat bebas berteriak menyuarakan aspirasinya!

Internet, Media Baru Pelopor Jurnalisme Online

Informasi begitu banyak tersebar dalam hidup kita. Sadar atau tidak, manusia hidup dalam deretan informasi yang berjajaran di sekitarnya. Pemenuhan informasi menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, maka akan tercipta kepuasaan dalam diri manusia.

Penyampaian serta penyebaran informasi ini membutuhkan suatu perantara. Nama perantara tersebut,  media. Ketika sampai ke ranah komunikasi massa, maka media juga akan difungsikan secara massa. Media yang jangkauannya ke khalayak luas disebut sebagai media massa. Media massa memiliki ragam jenisnya. Radio, televisi, surat kabar merupakan bentuk-bentuk media massa utama (mainstream media). Kesemuanya memiliki karakter masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Perkembangan ini nampak pula pada bentuk media. Internet, merupakan salah satu bentuk media baru (new media) yang muncul pada jaman modern. Kemunculan internet cukup menggebrak dalam diseminasi informasi. Dunia jurnalisme turut berevolusi berkat hadirnya internet. Lantas muncul istilah jurnalisme online, dimana proses mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi dilakukan dengan bantuan internet.

Kecepatan dalam penyampaian informasi menjadi bentuk revolusi mutakhir jurnalisme online. Peristiwa yang baru saja terjadi dapat secara langsung disebarluaskan ke khalayak dalam hitungan detik. Bentuknya yang multimedia juga menjadi keunikan tersendiri dibandingkan media lainnya.

Terbukanya Gerbang Demokrasi Masyarakat

Lantas dalam dinamika online, muncul pula genre baru dalam dunia jurnalisme. Adalah citizen journalism yang muncul kala internet semakin merambah pesat dan aktivitas blog semakin marak.

Citizen journalism merupakan keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu (Nurudin, 2009 : 215). Keterlibatan masyarakat ini lepas dari latar belakang pendidikan serta keahlian dalam pengumpulan, pengolahan dan penyebaran informasi. Citizen journalism memanfaatkan perkembangan teknologi dan kemunculan internet sebagai sarananya. Aturan di dalamnya bersifat bebas, tidak ada batasan. Konten yang disebarkan juga beragam, sesuai dengan karateristik internet yang multimedia. Selain itu, citizen journalism yang tertuang pada blog atau website, sifatnya independen, bukan atas dasar penugasan.

Kehadiran genre baru dalam jurnalisme ini mendorong terciptanya iklim demokratisasi dalam masyarakat. Jurnalisme ini menjadi alternatif bagi mereka yang jenuh dan memiliki jiwa kritis seputar dinamika kehidupan. Keunggulan jurnalisme ini adalah pada kebebasan, tanpa aturan yang menjadi pagar siksaan jurnalisme.

Jurnalisme ini turut mendorong pula budaya baca dan tulis masyarakat. Selama ini, masyarakat dimanjakan dengan budaya dengar dan lihat. Tanpa disadari, budaya baca dan tulis mulai tergerus dalam diri masyarakat. Dengan adanya jurnalisme ini, masyarakat dipompa untuk menumbuhkan lagi semangat menuangkan pikirannya dalam tulisan. Melalui citizen journalism, masyarakat dapat menuliskan apa pun.

Citizen journalism juga menciptakan ruang publik, dimana masyarakat secara bebas dapat berdiskusi tanpa aturan yang membebani, seperti di media konvensional lainnya. Masyarakat dapat secara interaktif menyumbangkan pendapatnya.

Jurnalisme ini turut mendukung pula fungsi jurnalisme sebagai kontrol sosial. Kala media mainstream tidak mampu menjalankan fungsi pengawasan secara efektif, internet, terlebih lagi citizen journalism menjadi alternatif kontrol atas ketimpangan di masyarakat. Aturan dan prosedur yang rumit melingkupi media mainstream, sehingga tidak semua informasi diterima oleh masyarakat.

Berteriak Melalui Tulisan

Adalah AlphabetaJournal.com, sebuah bentuk citizen journalism yang didirikan oleh tiga pemuda, Abraham Utama, Kevin Bhaskara, dan Osta Segara. Ketiganya berasal dari latar belakang yang berbeda, memandang dunia melalui kacamata sosial, seni budaya dan sastra. AlphabetaJournal.com lahir kala ketiga pemuda tersebut merasa bahwa tiap manusia memiliki kemerdekaan yang sama untuk menyuarakan kegelisahannya.

Alphabeta Journal menyebut diri mereka sebagai sarana, wadah bagi masyarakat untuk secara bebas berbagi pikiran dan berdiskusi. Alphabeta Journal mengajak masyarakat luas, siapapun, tanpa memandang latar belakang dan tingkat akademisnya untuk menulis. Kebebasan berpikir dan berpendapat menjadi modal utama, bukan soal kemampuan atau pendidikan. Di sana, tidak ada yang disebut sebagai kebenaran mutlak. Mereka percaya tidak ada kekuasaan tunggal yang mampu menentukan sebuah realita layak disebut benar atau salah.

Alphabeta Journal memiliki 11 kontributor tetap yang setia menuangkan tulisannya mengenai dinamika realita hidup. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi aktif beberapa universitas di Yogyakarta. Bahkan bebrapa dari mereka tidak mempunyai spesialisasi pendidikan soal jurnalisme. Kesemuanya memiliki perspektif tersendiri mengenai dunia melalui tulisannya. Mereka menerima tulisan dari masyarakat, lalu melakukan proses edit dan sunting. Bentuk online mereka pilih supaya jurnal ini dapat terbaca oleh publik luas secara gratis.

Mereka termotivasi memperjuangkan demokrasi, yang mungkin nantinya dapat memberi perubahan bagi dunia. Bagi mereka, perubahan tidak akan terjadi ketika manusia hanya duduk termenung dan meratap. “Kalaupun dunia tetap tertunduk lesu pada porosnya, paling tidak kita telah membuat sebuah jendela baru untuk menyaksikan hingar-bingar yang terjadi di atas tanah ini” (http://alphabetajournal.com/?page_id=248).

Wadah ini telah menjadi ruang baru bagi publik untuk menyalurkan pikirannya mengenai realita hidup. Masyarakat pasti memiliki opini tersendiri akan permasalahan yang hangat diobrolkan media. Misalnya mengenai isu kenaikan BBM beberapa waktu lalu yang ramai dengan aksi demo di beberapa tempat. Salah satu kontributor menuliskan pendapatnya di Alphabeta Journal. Masih banyak persoalan lain yang dapat dibedah dalam wadah tersebut.

Alphabeta Journal menjadi contoh yang menarik dalam dinamika demokrasi jurnalisme masyarakat. Di dalamnya nampak jelas, bagaimana semangat mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan dalam bersuara. Wadah ini menjadi alternatif bagi mereka yang terbungkam oleh aturan-aturan baku soal jurnalisme. Terlebih lagi, internet menjadi sarana yang mereka pilih. Tidak banyak jurnal yang diterbitkan Indonesia dapat diakses dengan mudah, bahkan tidak semua tulisan diterbitkan. Namun melalui internet, jangkauannya tersebar ke seluruh penjuru dunia. Kebebasan benar-benar diagungkan di sini.

Fenomena kemunculan internet, jurnalisme online dan citizen journalism memang membawa perubahan besar dalam diseminasi informasi. Dulu, kebebasan bukan harga mutlak. Sungguh hal yang sulit bagi masyarakat untuk bersuara. Namun internet mampu membawa revolusi itu. Demokrasi bukan lagi tabu. Lantas benar jika internet telah membuka gerbang kemerdekaan demokrasi bagi masyarakat.

Hanya asumsi, mungkin masyarakat memiliki banyak argumen yang sebenarnya bisa dipublikasikan. Apalagi jika sebenarnya argumen tersebut mampu membawa semangat perubahan bagi dunia. Tapi mereka tidak mengetahui kemana harus membuang sampah berharga itu. Alphabeta Journal.com dan wadah lain serupa itu mampu menjawab kegelisahan masyarakat. Dengan adanya sarana semacam itu, masyarakat memperoleh kesempatan emas untuk bersuara. Lantas masihkah kita menyia-nyiakan kesempatan untuk memproklamasikan kemerdekaan berargumen?  Ini saat yang tepat bagi kita memanfaatkan revolusi mutakhir dan memasuki gerbang bernama DEMOKRASI!

(1000 kata termasuk judul)

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : Rajawali Pers.

www.alphabetajournal.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun