Mohon tunggu...
Stephanie Anggreinie
Stephanie Anggreinie Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

Ibu rumah tangga, pengajar musik privat, konten kreator dan mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

8 Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

26 November 2021   15:13 Diperbarui: 8 Desember 2021   12:36 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: totallyhistory.com

Erik Erikson lahir di Frankfurt, Jerman pada tahun 1902. Dia awalnya adalah seorang seniman dan penyair, ia bekerja sebagai guru seni sekolah swasta di Wina sebelum akhirnya menjadi seorang psikoanalisis. Ia menjadi terkenal sebagai ahli psikologi perkembangan dan psikologikal Amerika karena teorinya tentang perkembangan psikososial manusia.

sumber: mbs.news.id
sumber: mbs.news.id

Berikut tahapan psikososial manusia yang diusung oleh Erik Erikson:

1. Bayi Awal (0-18 bulan): kepercayaan vs ketidakpercayaan

Anak perlu dibesarkan dalam lingkungan dimana dia dapat terpenuhi kebutuhannya, serta merasa aman dan nyaman. Dengan begitu maka ia belajar untuk mempercayai orang lain.

2. Bayi Lanjut (18 bulan -- 3 tahun): otonomi vs rasa malu dan keraguan

Anak mulai menjelajahi lingkungan dan tempat mereka tinggal di dalamnya. Ia juga mengembangkan keterampilan dasar seperti toilet training. Kita sebaiknya mendorong anak untuk menjadi mandiri, jika tidak maka ia akan merasa malu dan ragu untuk mencoba.

3. Anak Awal (3-6 tahun): inisiatif vs rasa bersalah

Anak semakin fokus melakukan dan menetapkan tujuan mereka sendiri. Ia perlu mendapatkan dorongan untuk belajar membuat keputusan dan merencanakan masa depan. Apabila berhasil ia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang mampu mengikuti ambisi mereka.

4. Anak Pertengahan (6-12 tahun): ketekunan vs rasa rendah diri

Anak mulai tumbuh dalam kemandirian, ia semakin sadar akan diri mereka sebagai individu dan membandingkan diri mereka dengan orang lain. Ia akan melihat apabila ia lebih unggul dari teman sebayanya maka rasa bangga dan percaya dirinya akan tumbuh, dengan demikian ia akan menjadi semakin tekun dan rajin. Sebaliknya apabila ia lebih lambat berkembang serta terus mendapat kritikan maka ia akan memiliki rasa rendah diri.

5. Masa Puber (12-18 tahun): identitas vs kebingungan peran

Krisis identitas muncul pada usia ini, remaja mulai mempertanyakan "Siapakah aku?". Ia mungkin mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan jati dirinya yang sesuai.

6. Dewasa Awal (18-40 tahun): keintiman vs isolasi

Tahap ini adalah periode di mana banyak orang mengembangkan hubungan dengan orang lain yang berarti baginya. Banyak manfaat emosional yang bisa didapatkan dari keintiman dalam hubungan tersebut. Sebaliknya apabila hubungan tidak terjalin maka akan tumbuh rasa kesepian dan terisolasi.

7. Dewasa Pertengahan (40-65 tahun): generativitas vs stagnansi

Disini orang dewasa berfokus kepada kontribusinya pada masyarakat dan generasi berikutnya. Dalam tahap ini biasanya orang berada di puncak karir, sebagian lainnya fokus kepada membesarkan anak-anak. Jika ia tidak menemukan apa yang dikerjakannya memiliki arti akan ia akan merasa bahwa hidupnya telah mengalami stagnansi.

8. Masa Lanjut (65 tahun ke atas): integritas vs keputusasaan

Pada tahap ini manusia biasanya merefleksikan apa saja yang telah terjadi sepanjang hidupnya. Apabila ia puas dengan hidupnya maka ia akan menghadapi penuaan dan kematian dengan bangga. Sebaliknya jika ia mengalami kekecewaan atau penyesalan maka ia akan terjatuh ke dalam keputusasaan.

Kritik terhadap teori ini mengatakan bahwa tidak semua orang mengalami konfik yang sama pada setiap tahapan usia, selain itu dikatakan juga bahwa Erikson tidak memiliki landasan bukti yang cukup atas teorinya ini. Walaupun demikian, kita tidak dapat mengesampingkan fakta bahwa Erik Erikson adalah salah satu teoris terbesar dalam perkembangan psikologi manusia.

Teori perkembangan psikososial ini mempengaruhi pendidikan dari bagaimana kita mengenali kebutuhan perkembangan siswa, sehingga mereka dapat berkembang dan belajar dengan baik. Erikson menyatakan bahwa pada setiap tahapan usia, manusia melalui sebuah konflik yang dapat menghasilkan hal positif maupun negatif. 

Contohnya saat kita mengajar anak usia awal (3-6 tahun), jika siswa dikritik atas keputusannya (dari hal yang sederhana seperti misalnya saat memilih mainan yang hendak dimainkan pada saat playtime di kelas) maka ia mungkin merasa bersalah karena telah mengejar keinginan mereka. 

Sebaiknya kita jangan terlalu mengontrol atau mengajarkan anak untuk mengikuti petunjuk, justru berikan anak kepercayaan untuk memulai rencana mereka sendiri. Dari hal-hal kecil seperti itu, ia akan belajar dan tumbuh menjadi orang dewasa yang berani mengejar keinginan dan cita-citanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun