Bagaimana kita mengatakan bahwa seseorang cerdas atau tidak? Bagaimana selama ini kita memberikan predikat cerdas kepada anak atau siswa kita? Tepatkah kita mengatakan seorang anak cerdas atau tidak dari hasil tes IQ atau nilai akademisnya di sekolah?
Mari kita renungkan pertanyaan di atas sambil memikirkan kembali sebuah kutipan terkenal yang dikatakan oleh Albert Einstein, “Semua orang adalah jenius. Tetapi jika anda menghakimi seekor ikan dari caranya memanjat pohon, ia akan menghabiskan seluruh hidupnya mempercayai bahwa ia bodoh.”
Setiap manusia terlahir unik, tidak ada satupun manusia yang persis sama dengan yang lain. Bahkan kembar identik sekalipun. Di saat anak-anak kita besar nanti, mereka akan memiliki peran yang berbeda-beda di dalam kehidupan dan masyarakat. Peran dan profesi yang berbeda tentunya membutuhkan kecerdasan yang berbeda juga.
Gardner menemukan ada sembilan jenis kecerdasan ganda sebagai berikut:
1. Kecerdasan Spasial – Visual
Ciri-ciri dari kecerdasan ini yaitu dapat memanipulasi ruang dan visual; dapat berpikir dan mengingat menggunakan gambar, serta memahami gambar dengan baik. Biasanya orang dengan kecerdasasan ini mampu membaca peta, diagram, tabel dan infografis dengan mudah.
2. Kecerdasan Linguistik
Orang dengan kecerdasan linguistik memiliki kelebihan dalam kemampuan verbal. Ia mudah mengingat kata-kata, membaca, menulis, berbicara, berargumentasi dan senang dengan permainan kata.
3. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini bercirikan kemampuan intuitif yang tinggi, kesadaran mengenai kelebihan, kelemahan dan bakatnya sendiri, dapat mengontrol tindakan dan emosi diri dengan baik.
4. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain merupakan ciri utama dari kecerdasan interpersonal. Biasanya orang dengan kecerdasan interpersonal pandai bernegosiasi, bekerja sama, dan membaca situasi sosial.
5. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik
Seperti namanya, orang dengan kecerdasan ini memiliki kontrol dan refleks tubuh yang baik, mudah mengingat gerakan, responsif terhadap lingkungan fisik, dan senang melakukan aktifitas fisik.
6. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan ini erat kaitannya pola, logika, angka dan fakta yang saling terkait. Anak yang memiliki IQ tinggi memiliki kecerdasan logis-matematis yang baik. Ia mudah menganalisa data, menyelesaikan masalah secara logika dan berpikir deduktif.
7. Kecerdasan Musikal
Menurut Gardner orang dengan kecerdasan musikal mudah mengingat, mengenali, menganalisis dan menciptakan musik. Ia mudah mengenali perbedaan unsur dalam musik seperti nada, melodi, harmoni, ritmik, kecepatan, warna suara dan lain sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis
Orang dengan kecerdasan naturalis mudah beradaptasi di alam, memahami dengan mudah melalui eksplorasi, senang berinteraksi dengan binatang, berpetualang dan berpergian ke alam.
9. Kecerdasan Eksistensialis
Orang yang memiliki kecerdasan ini tidak puas dan menerima keberadaannya begitu saja. Ia mempertanyakan keberadaan manusia termasuk dirinya sendiri dan juga hakikat segala sesuatu. Ciri-cirinya tenang, menguasai diri dengan baik, suka berbicara pada diri sendiri, mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan lingkungan.
Menurut Gardner setiap orang memiliki kesembilan kecerdasan tersebut, namun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan rata-rata dari hampir kesemua kategori kecerdasan, ada yang memiliki keunggulan di beberapa kecerdasan dengan tingkat lebih tinggi. Kecerdasan tersebut juga dapat berkembang sesuai minat dan tujuan apabila distimulasi dengan cara yang tepat.
Banyak psikolog dan pendidik yang mengkritisi teori kecerdasan Howard Gardner. Kategori kecerdasan Gardner ini lebih sering ditekankan sebagai bakat, kepribadian dan kemampuan. Menurut saya sebagai pendidik, apapun predikatnya, pengkategorian ini membantu kita memahami siswa dengan lebih baik. Teori ini membantu kita menyadari bahwa kita tentunya tidak ingin menghasilkan manusia yang seragam. Bayangkan apabila di dunia ini hanya ada profesi dokter misalnya, tidak ada petani yang cakap dalam mengurus pangan, tidak ada pedagang yang mendistribusikan hasil pangan, tidak ada penegak hukum yang menjaga keteraturan negara, dan lain sebagainya.
Keseimbangan di dalam dunia ini terjaga karena keberagaman manusia itu sendiri, karena itu kita tidak seharusnya mengharapakan siswa kita menjadi serupa. Yang seharusnya kita lakukan dalam mendidik adalah melihat dengan jeli minat dan kecerdasan yang dimiliki anak-anak kita serta memberikan dukungan yang sesuai, sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H