Mohon tunggu...
Stephanie Panjaitan
Stephanie Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer | Mahasiswa Jurnalistik

"If you look at what you have in life, you'll always have more. If you look at what you don't have in life, you'll never have enough." - Oprah Winfrey

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengenal "Hustle Culture", Budaya Hidup Si Gila Kerja

17 Juli 2021   17:02 Diperbarui: 20 Juli 2021   08:45 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja. (sumber: CreativaImages via kompas.com)

Ketika kita semua ingin menikmati hidup, kok bisa ya para Hustlers kerja terus-terusan?

"If you look at what you have in life, you'll always have more. If you look at what you don't have in life, you'll never have enough" -Oprah Winfey

Penggalan kalimat di atas secara garis besar menjelaskan tentang kita sebagai manusia yang tidak pernah puas dalam hidup. Hanya sebagian kecil dari kita yang bisa melihat apa yang sudah dimiliki dan mensyukurinya, lalu merasa cukup. 

Sudah menjadi sifat alami manusia apabila selalu menginginkan hal yang lebih karena kita selalu menginginkan hal-hal yang tidak kita miliki. Namun, terdapat sisi positif dari sifat tersebut, kita sebagai manusia menjadi terus ingin berjuang dan memiliki harapan dalam hidup.

Dalam meraih hal yang kita inginkan, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, salah satunya dengan gaya hidup yang akan kita terapkan sesuai dengan tujuannya. 

Sebagian orang memilih untuk memiliki gaya hidup sehat, sebagian lainnya memilih gaya hidup mewah dan sebagian lainnya lagi memilih gaya hidup kerja, kerja, kerja, dan kerja tanpa henti, atau biasa disebut dengan Hustle Culture.

Mengapa disebut Hustle Culture? 

Dalam bahasa Indonesia, kata hustle diartikan sebagai semangat yang meluap. Maka dari itu, apabila digabungkan, Hustle Culture merupakan budaya hidup seseorang untuk bekerja tanpa henti kapan pun dan di mana pun.

Bisa dibayangkan? Bekerja terus menerus tanpa henti bukanlah gaya hidup yang baik dan justru berbahaya, terutama bagi kesehatan fisik dan mental.

Para penganut Hustle Culture biasanya disebut sebagai Hustlers. Para Hustlers sangat bangga pada gaya hidup mereka dan alih-alih menyebut bahwa mereka adalah manusia yang produktif. 

Padahal, Hustle Culture dan produktif adalah kedua hal yang berbeda. Seseorang yang produktif akan lebih fokus pada output yang dihasilkannya dengan waktu yang efektif.

Sedangkan seseorang yang menerapkan Hustle Culture cenderung tidak memperhatikan output yang dihasilkannya dan lebih mementingkan lamanya mereka bekerja dan berkutat di depan laptop, atau tumpukan buku.

Sebenarnya, apa yang dikejar melalui gaya hidup Hustle Culture?

(Sumber: IBSI Education)
(Sumber: IBSI Education)

Para Hustlers memiliki kebiasaan bekerja terus menerus, kira kira apa yang dikejar?

Yup! Betul sekali, tentu saja karier yang cemerlang. Menurut para Hustlers, karier adalah prioritas utama di dunia ini, mereka cenderung mengabaikan beberapa aspek kehidupan lain seperti percintaan, persahabatan sampai dengan diri sendiri. 

Bahkan, Hustlers sendiri kerap merasa bersalah ketika mengisi waktu luang mereka dengan refreshing dan bukannya bekerja. Miris bukan? Beberapa dari kita mungkin bertanya, apakah mereka tidak setres?

Namun, itulah cara mereka hidup. Sudah disinggung sebelumnya bahwa penerapan Hustle Culture dalam hidup ini bukanlah sesuatu yang baik, apabila sampai mengabaikan diri sendiri. 

Dampak paling fatal nantinya akan dirasakan pada kesehatan fisik dan mental. Para Hustlers cenderung kurang istirahat karena mengabaikan jam tidur mereka dan masalah kesehatan bagian tubuh lainnya. 

Selain itu, Hustlers juga memiliki tekanan batin yang cukup berat ketika tidak bekerja dan terus khawatir dan merasa bersalah saat melakukan hal lain selain bekerja, hal ini nantinya yang membuat para Hustlers memiliki masalah kesehatan mental.

Lantas, bagaimana solusi agar terlepas dari gaya hidup Hustle Culture?

Untuk terlepas dari kebiasaan sehari-hari memang sangatlah sulit, tetapi semua bisa dilakukan apabila ada usaha sedikit demi sedikit. Para Hustlers bisa mulai menerapkan prinsip self-love pada diri sendiri. 

Prinsip untuk mulai mencintai diri sendiri dengan tidak membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang disukai. 

Hustlers bisa memulainya dengan menepis bayangan buruk mengenai kemungkinan yang terjadi jika lebih memilih waktu luang untuk refreshing dari pada bekerja dan mulai menyadari bahwa diri sendiri perlu diapresiasi dengan melakukan hal-hal yang disukai dan mengambil waktu rehat. 

Para Hustlers juga perlu mengetahui pentingnya kesehatan tubuh bagi kelangsungan hidup mereka. 

Karena sejauh ini, kesehatan fisik dan mental diri sendiri adalah hal yang utama untuk bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Bukankah sia-sia saja apabila karier cemerlang, tetapi kita harus sakit-sakitan dan kerap bolak-balik rumah sakit?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun