Padahal, Hustle Culture dan produktif adalah kedua hal yang berbeda. Seseorang yang produktif akan lebih fokus pada output yang dihasilkannya dengan waktu yang efektif.
Sedangkan seseorang yang menerapkan Hustle Culture cenderung tidak memperhatikan output yang dihasilkannya dan lebih mementingkan lamanya mereka bekerja dan berkutat di depan laptop, atau tumpukan buku.
Sebenarnya, apa yang dikejar melalui gaya hidup Hustle Culture?
Para Hustlers memiliki kebiasaan bekerja terus menerus, kira kira apa yang dikejar?
Yup! Betul sekali, tentu saja karier yang cemerlang. Menurut para Hustlers, karier adalah prioritas utama di dunia ini, mereka cenderung mengabaikan beberapa aspek kehidupan lain seperti percintaan, persahabatan sampai dengan diri sendiri.Â
Bahkan, Hustlers sendiri kerap merasa bersalah ketika mengisi waktu luang mereka dengan refreshing dan bukannya bekerja. Miris bukan? Beberapa dari kita mungkin bertanya, apakah mereka tidak setres?
Namun, itulah cara mereka hidup. Sudah disinggung sebelumnya bahwa penerapan Hustle Culture dalam hidup ini bukanlah sesuatu yang baik, apabila sampai mengabaikan diri sendiri.Â
Dampak paling fatal nantinya akan dirasakan pada kesehatan fisik dan mental. Para Hustlers cenderung kurang istirahat karena mengabaikan jam tidur mereka dan masalah kesehatan bagian tubuh lainnya.Â
Selain itu, Hustlers juga memiliki tekanan batin yang cukup berat ketika tidak bekerja dan terus khawatir dan merasa bersalah saat melakukan hal lain selain bekerja, hal ini nantinya yang membuat para Hustlers memiliki masalah kesehatan mental.
Lantas, bagaimana solusi agar terlepas dari gaya hidup Hustle Culture?