Mohon tunggu...
Stepanus WB Kapoda
Stepanus WB Kapoda Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pencinta traveling dan kebudayaan yang jatuh hati pada jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendeteksi Kobohongan

25 Januari 2011   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:12 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di pengadilan, pelaku kejahatan yang jenius sering dengan piawai memainkan kendali ini dalam keterangannya. Tetapi, para penegak hukum yang jeli justru lebih bisa membonkar kebohongan dari pada mesin lay detector. Tindakan Gayus meraih catatan dalam jumpa pers usai sidang putusannya dapat diidentifikasi sebagai tindakan strategis, tindakan yang sudah direncakan. Tetapi gerak tubuhnya bisa dibaca sebagai tindakan nonstrategis. Seorang ahli Psikologi Forensik dalam satu wawancara televisi mengatakan Gayus Tambunan ini adalah model seorang yang jenius dan punya kendali tingkat tinggi. Ahli itu mengidentifikasi setidaknya dua tindakan diluar kendali Gayus Tambunan antara lain ketika mengakui ke Bali karena rindu keluarga dengan mata berkaca-kaca.

Buller&Burgoon menyebut" bias kebenaran" yang membuat kita cenderung kurang waspada kebohongan dan " bias kebohongan" yang mendorong kita lebih menonjolkan kecurigaan pada tindakan kebohongan. Kita bisa berlebihan mencurigai bahwa orang berbohong padahal senyatanya tidak demikian. Sisi lain, jika kita terus menerus dibohongi, ada kemungkinan kita akan cenderung memercayai dengan sedikit kecurigaan saja. Dalam konteks ini, bagus juga ada peringatan para tokoh lintas agama kita.

Pertemuan tokoh Agama dengan Presiden SBY sebetulnya kesempatan menunjukkan di mana letak kebohongan yang dicurigai tengah terjadi. Sayangnya, selain dianggap tidak substantive oleh peserta, dialog tertutup itu justru semakin meningkatkan kecuriagan publik. Dalam perkembangannya, Badan Pekerja Gerakan Tokoh Lintas Agama, kelompok ini mencanangkan tahun 2011 sebagai tahun anti kebohongan pemerintah dan membuka rumah pengaduan kebohongan publik yang bertujuan untuk mensosialisasikan sekaligus menjaring data kebohongan pemerintah.

Deteksi Kebohongan

Teori Kebohongan bisa dipakai untuk mendeteksi kebohongan di tingkat personal maupun public . Kemampuan kita berbohong atau mengetahui kebohongan pertama-tama dipengaruhi tuntutan yang kita alami saat berkomunikasi. Rasa penasaran  kita mengenai kebohongan kaum elit penyelenggara Negara, adalah modal besar menelanjangi kebohongan yang ada. Tetapi, dengan banyaknya issu yang dikembangkan, perhatian publik menjadi terpecah. Jika beberapa hal terjadi bersamaan, atau jika komunikasinya kompleks dan melibatkan banyak tujuan, kita bisa kehilangan kendali atau tidak bisa mencermati dengan seksama.

Ketika Anda berbohong, Anda biasanya akan menggunakan banyak kendali atas bagaimana kita mengatur informasi, perilaku, dan citra (semua prilaku strategis); pada saat yang sama beberapa prilaku Anda  yang tidak dikendalikan (non-strategis) kadang bocor dan diketahui orang lain, tergantung dari motivasi dan kemampuan mereka. Dalam situasi sangat interaktif, Anda sering kali lebih focus memeperhatikan tindakan-tindakan nonstrategis yang pada gilirannya mengurani kemampuan Anda mendeteksi kebohongan.

Para penegak hukum yang benar-benar serius membongkar kejahatan, publik yang benar-benar ingin mengetahui siapa yang doyan berbohong, selalu punya jalan mengenali tanda-tanda yang patut dicurigai sebagai tindakan berbohong.

Nenek moyang kita berkata, "Sepandai-pandai tupai melompat, jatuh juga". Begitu juga para pembohong. Sepandai-pandainya menyembunyikan rahasia kejahatan, selalu ada yang diluar kendali. Inilah cela yang bisa digunakan membongkar kebohongannya. Jadi, hati-hatilah. Entah Anda yang berupaya berbohong, entah pihak lain tengah berupaya membohongi Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun