Mohon tunggu...
STENY MUNTIR
STENY MUNTIR Mohon Tunggu... Guru - Mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu SMA Katolik

GURU

Selanjutnya

Tutup

Money

Pendidikan Era Industri 4.0

10 September 2019   11:30 Diperbarui: 10 September 2019   12:20 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Industri 4.0 menjadikan dunia kita saat ini seperti sebuah global village. Arus dasyat globalisasi ysng tak terelakan ini  telah terasa dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Networking dan kolaborasi menjadi sangat penting tak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Era industri 4.0 (memasukli abad 21) adalah perkembangan teknologi berbasis digital yang luar biasa. Perubahan dunia bisnis yang ditandai dengan perkembangan bisnis berbasis teknologi informatika sungguh sangat cepat. Perubahan ditandai dengan layanan-layanan bisnis yang disebut sebagai "start up". Berbagai layanan berbasis digital dapat kita saksikan setiap hari, mulai dari layanan informasi hingga kebutuhan pakaian dan kebutuhan rumah tangga lainnya hingga layanan transportasi dll. Perubahan demikian cepat ini tidak jarang diiringi juga apa yang disebut "disruption" besar-besaran dari layanan publik. Banyak yang mengalami kesulitan luar biasa  dalam memasarkan produk-produk mereka dan mengalami  penurunan omset layanan yang luar biasa. Orang beralih pada layanan online.

Bagaimana dunia pendidikan menyikapi industri 4.0? dalam dunia pendidikan semakin disadari bahwa dewasa ini kita telah memasuki era industri 4.0 yang ditandai maraknya perkembangan artificial inteleligence, big data dan data analytics, computing/cloud technology, internet things, social media, robot system dan humanity robot.  Mungkinkah hal ini akan merambah kepada layanan pendidikan kita? Hal ini tidak mustahil jika layanan-layanan pendidikan tidak lagi dipandang relevan bagi masyarakat. Jika dinamika pedagogi, pembelajaran bersama seluruh aktivitas ekstrakurikulera di lembaga pendidikan kita tetap berjalan dengan prinsip "business as usual", disruption itu bukan tidak mungkin terjadi dilembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah akan ditinggalkan oleh masyarakat karena lebih memilih pada layanan-layanan berbasis digital yang relevan untuk mereka. Kerjasama stakeholder sangat penting. Lembaga pendidikan harus menemukan keunggulan-keungulannya.

Kompetitif dan karakter yang kuat menjadi kunci dalam menyongsong era perubahan yang super dasyat ini. Inivasi dan kolaborasi menjadi sarana menimba inspirasi antar stakeholder. Kita sadar banyak hal dari kompetensi yang selama ini sangat tergantung pada hadirnya orang-orang kompeten akan digantikan oleh teknologi digital. Inilah peluang bagi lembaga pendidkan dan ini perlu keseriusan bersama. Digitalisasi sebagai sarana untuk semakin merajut kolaborasi dalam menghadapi tantangan dan sekaligus peluang berkat perkembangan teknologi informasi. Semangat "business as usual" diubah dengan mencari dan menemukan hal-hal baru yang memperkaya pelayanan-pelayanan yang relevan. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun