Saya besar di Yogyakarta yang terkenal dan tata krama sopan santun nya. Terkadang saya merasa semuanya diatur, mulai dari cara duduk, cara berbicara, cara berjalan, dan cara makan. Kebetulan, saya memang suka sekali makan apalagi makan bersama-sama dengan keluarga atau teman. Secara tidak sadar, kadang perilaku makan saya mencerminkan perempuan yang tidak anggun dan saya sering ditegur karenanya.Â
Suatu hari saya dan keluarga berkunjung ke tempat Budhe. Saya kebetulan sedang bermain handphone sambil makan. Lantas saya kena marah karena makan sambil bermain handphone. Budhe saya yang biasanya berbicara bahasa Indonesia pada saya tiba-tiba menegur dengan Bahasa Jawa "Ora becik mangan disambi dolanan hape" yang artinya "tidak baik makan sambil bermain handphone".Â
Saya terkejut karena penggunaan Bahasa Jawa ini memberi persepsi lain bagi saya bahwa Budhe sudah diambang jengkel melihat tingkah laku saya meskipun tidak terlihat pada ekspresinya. Persepsi kita dibentuk dari bahasa (Martin & Nakayama, 2018, h.140). Sesaat Budhe mengatakan bahwa tindakan itu tidak baik maka saya mulai memahami bahwa bermain handphone membuat saya tidak fokus makan.
Contoh diatas adalah satu dari belasan episode dimana saya ditegur karena perilaku makan saya yang tidak sesuai dengan budaya Jawa, khususnya di Yogyakarta. Oleh karena itu, Â berikut beberapa tips atau tata cara makan dalam budaya Jawa yang dapat saya bagikan karena sering kali ditegur, apalagi di meja makan:
- Dahulukan yang lebih tua
Budaya Jawa yang mendahulukan orang yang lebih tua (umurnya), tuan rumah, mendahulukan bapak (kepala keluarga) saat makan. Hal ini dilakukan untuk menghormati mereka yang dianggap lebih dominan.
- Tidak diperkenankan untuk sendawa
Budaya lain memperbolehkan kita untuk sendawa setelah makan sebagai wujud terima kasih namun dalam budaya Jawa lebih baik untuk mengatakan bahwa anda kenyang dan menahan sendawa karena bersendawa dianggap sebagai tindakan jorok. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah paham karena tindakan nonverbal dalam budaya satu tidak selalu dapat dimaknai sama di budaya lain (Baldwin et al., 2014, h.161)
- Tidak membunyikan alat makan saat sedang makan
Saat makan, usahakan untuk tidak mengeluarkan bunyi saat menggunakan alat makan seperti sendok, garpu, dan piring. Orang Jawa menghargai diam dan ketenangan saat makan bersama, meskipun kadang juga diselingi beberapa topik pembicaraan yang singkat.
- Mengambil porsi yang cukup
Biasanya orang Jawa mengambil porsi yang tidak sedikit dan tidak banyak. Cukup yang dimaksudkan disini adalah sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan (bisa juga mengambil sedikit nasi dengan lauk yang lengkap) karena mengambil makanan dalam porsi banyak menimbulkan kekhawatiran jika kita akan menyisakan makanan dan berakhir membuang makanan tersebut.
Mungkin ada beberapa tata cara lain yang belum saya tuliskan disini.Â
Mungkin juga akan menjadi episode "ditegur" berikutnya bagi saya saat berada di meja makan
Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Martin, J. N., & Nakayama, T. K. (2018). Experiencing Intercultural Communication: An Introduction (6th ed). New York: McGraw-Hill Education.
Baldwin, J. R., Coleman, R. R.M., Gonzales, A., & Shenoy-Packer, S. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. West Sussex: Wiley Blackwell.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H