Mohon tunggu...
Stella Zefanyaa
Stella Zefanyaa Mohon Tunggu... Lainnya - 20 Y.O

Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Populer, Subkultur, dan Politik Identitas

19 Maret 2021   19:53 Diperbarui: 19 Maret 2021   19:56 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya populer saat ini sudah digunakan sebagai salah satu cara bagi para politisi sebagai cara untuk mendapatkan suara. Budaya populer dimanfaatkan untuk memperoleh dukungan dari khalayak. Cara ini pun dianggap memiliki peluang yang besar dalam kegiatan kampanye mereka.

Contoh budaya populer yang digunakan adalah pada bidang musik, seperti musik pop dan musik dangdut. Musik pop dan musik dangdut disukai karena dengan mendengarkan musik tersebut mereka akan terhibur. Para politisi meyakini bahwa musik pop dan musik dangdut dapat menarik suara masyarakat untuk datang ke kampanye mereka. Masyarakat akan tertarik datang ke kampanye tersebut karena ada penampilan musik sehingga mereka akan terhibur.

Rhoma Irama memiliki peranan besar pada kampanye politik sejak orde baru. Seringkali ditemukan ketika ada kampanye politik, para paslon menggunakan jasa musik dangdut dan artis-artis untuk menarik massa untuk datang ke kampanye mereka. Para paslon juga tak jarang ikut menikmati musik dangdut tersebut sambil bernyanyi dan bergoyang. 

Saat ini, dangdut dan pemilu sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan. Setiap adanya kampanye, menjadi kesempatan bagi para penyanyi dangdut untuk mendapatkan uang. Musik dangdut mulai memberikan nafas bagi kehidupan politik. Setiap adanya kampanye dan terdapat penampilan dangdut, masyarakat datang bukan untuk mendengarkan dan meresapi kata-kata politisi melalui orasinya, namun tujuanya sudah berbeda yaitu menikmati lagu dangdut sambil bergoyang

Musik grunge adalah aliran rock alternatif yang bercirikan distorsi atau suara gitar dan drum yang sangat kencang dan dibarengi dengan suara vokal yang berat (Irwansyah, 2018) . pelopor musik grunge adalah dari salah satu musisi dari barat yaitu Nirvana. Jenis musik ini adalah alternatif rock yang muncul dari perpaduan punk dan heavy metal dan penampilanya sedikit nyeleneh dibandingkan band biasanya.

 Musik grunge memiliki konstruksi realitas sosial subkultur dalam masyarakat yaitu kebebasan, perlawanan, terpinggirkan dan anti kemapanan dengan musik. Musik grunge menunjukan sisi penolakanya terhadap kapitalisme, musik grunge menawarkan kebebasan baru dan memberikan kebebasan bagu penganutnya untuk memuntahkan idealisme, kemarahan, kekecewaan terhadap lingkungan, politik, sosial . grunge juga menawarkan sebuah penolakan terhadap sebuah kemapanan yang mereka yakini akan menjebak mereka kedalam sebuah lautan komersilitas yang dilakukan oleh para kapitalis atau lebih dikenal dengan major label (Sukaryono, 2011).

Musik grunge memiliki fans yang fanatik. Penggemar musik grunge mayoritas adalah laki-laki dan minim perempuan. Musik saat ini menjadi sesuatu yang tidak bisa jauh dari masyarakat. Fungsi musik saat ini sebagai media ekspresi, itegrasi masyarakat, kebudayaan, dan respon fisik. Kemunculan fans grunge pun sudah muncul di Indonesia. Para fans grunge berkumpul dan berinteraksi untuk membahas musik grunge. Kegiatan ini sebagai wujud keaktifan penggemar dalam rangka mengembangkan, menjaga kelangsungan hidup para penggemar.

 Musik grunge menawarkan kebebasan baru dengan cara memberi ruang kepada para penganutnya untuk memuntahkan idealisme, kemarahan, kekecewaan terhadap lingkungan, politik, sosial. Musik grunge dipengaruhi oleh gaya hidup ngegrunge itu sendiri seperti bagaimana genre musik terpengaruh oleh gaya hidup. Banyak masyarakat bahkan pengamat musik dan kritikus yang beranggapan bahwa gaya hidup grunge adalah gaya hidup yang memiliki kaitan erat dengan sampah. Mereka makan dari sampah dan dari koin recehan yang dilempar orang. Banyak hal lain yang kurang pantas untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Namun, mereka sebagai penggemar musik grunge harus diterima oleh masyarakat. Dan masyarakat bisa menerima komunitas-komunitas musik grunge dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Irwansyah, V. (2018). Perkembangan Komunitas Musik Grunge Di Kota Surabaya Tahun 1995-2009, 6(4), 2.

Sukaryono, Yoyon. 2011. Grunge Indonesia. Surabaya: For White Crow Fundations.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun