Mohon tunggu...
Stella Zefanyaa
Stella Zefanyaa Mohon Tunggu... Lainnya - 20 Y.O

Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Film

"Yowis Ben" Karya Arek Malang yang "Malangan" Banget

7 Maret 2021   10:57 Diperbarui: 7 Maret 2021   11:10 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Youtuber ternama, Bayu Skak merilis film perdananya yang berjudul "Yowis Ben" atau yang dalam bahasa Indonesia berarti "ya sudah" pada tahun 2018. Film ini memiliki latar di Kota Malang, Jawa Timur, yang merupakan tempat asal Youtuber sekaligus sutradara dari film ini. 

Film ini memiliki alur cerita yang mudah untuk dipahami karena sangat dekat dengan kehidupan anak muda, apalagi pelajar dan mahasiswa. Film ini juga sangat menggambarkan budaya 'Malangan' yang sangat khas, mulai dari bahasa, tingkah laku aktornya dan didukung oleh latar tempatnya. Bermula dari film, sekarang sudah ada Yowis Ben The Series.

Film dan series karya Bayu Skak ini dikemas dengan menggunakan bahasa Jawa khas Malang, Jawa Timur yang kesannya memang terdengar agak kasar daripada bahasa Jawa Tengah. Di dalam film ini termuat banyak sekali umpatan dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut para pemainnya. Bagi orang Jawa Timur, khususnya Malang, umpatan kasar mungkin sudah sangat akrab di telinga mereka, bahkan menjadi sapaan akrab. 

Namun, bagi penonton luar Jawa Timur mungkin sedikit asing dengan umpatan yang terus diucapkan oleh Bayu dan teman-temannya. Representasi merupakan proses reproduksi makna melalui bahasa untuk menggambarkan, mewakilkan, dan merepresentasikan ulang sebuah objek (Hall, 1997). 

Di sini, bahasa Jawa 'Malangan' yang digunakan menjadi representasi Bayu dan teman-temannya yang dalam film tersebut merupakan orang Jawa, khususnya orang Malang. Bahkan sesama orang Jawa saja belum tentu bisa saling memahami konteks pembicaraannya, bisa saja orang Yogyakarta yang melihat film tersebut masih tidak terbiasa dengan bahasa sehari-hari yang ada dalam film tersebut.

Jawa Timur memang terlihat memiliki bahasa khas dan cara bicara yang terkesan lebih kasar jika dibandingkan dengan bahasa Jawa Tengah. Dan itulah yang menjadi identitas bagi Bayu dan teman-temannya yang merupakan orang Malang dalam film. Barker (2004) menjelaskan bahwa identitas merupakan esensi yang dimaknai melalui selera, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup. 

Dengan ciri khas bahasa Jawa yang digunakannya disertai dengan kebiasaan menyebut umpatan-umpatan dalam percakapannya sangat menunjukkan bahwa Bayu merupakan orang Malang, apalagi dengan logat yang sangat melekat dengan caranya berbicara.

Terkait regulasi, Hall (1997) menyebutkan bahwa regulasi digunakan sebagai aturan manusia dalam berkehidupan sosial. Dalam film yang menggunakan bahasa Jawa Timuran ini terlihat pada adegan atau percakapan Bayu dengan orang yang lebih tua. Bahasa 'Malangan' yang terkesan tidak memiliki tata krama karena Bahasa Jawa yang digunakan memiliki nada tinggi, umpatan, dan sopan santun yang tidak terlalu jauh rentangnya dengan orang yang berbeda usia. 

Misalnya dalam cuplikan adegan dalam film ini ketika ada dua orang kakek-kakek serta ibu-ibu dan pria paruh baya yang dalam percakapannya seperti berbicara dengan teman yang seumuran, mungkin dalam budaya Jawa hal tersebut dianggap tidak memiliki sopan santun karena tidak menggunakan tingkatan bahasa dalam tata krama Bahasa Jawa, namun di budaya Jawa Timur hal tersebut dianggap biasa karena memang begitu keseharian mereka.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun