Mohon tunggu...
Stella Julia Cuanda
Stella Julia Cuanda Mohon Tunggu... -

Mungkin sudah karunia dan kewajiban saya menggunakan talenta saya dalam menulis, yang meskipun belum ada apa-apanya dibanding penulis lain, untuk menginspirasi orang yang membaca tulisan saya. Saya adalah Mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) jurusan Digital Cinematography di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), yang memang masih satu keluarga dengan Kompas-Gramedia group. Jadi, saya pikir tidak ada salahnya mengirimkan tulisan saya kemari, hitung-hitung belajar dan tambah pengalaman. Siapa tahu kritik atau komentar pembaca ada yang dapat membangun saya nantinya. Salam :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Speedy Menaikkan Paket Internet Tanpa Persetujuan Pelanggan? Koneksi Tetap Sama.. Nahloh..

9 Januari 2012   16:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07 1956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah pengalaman saya sendiri. Baru-baru ini, Ayah saya kaget ketika pergi membayar tagihan telepon dan internet dari Telkom dan Speedy untuk bulan Desember 2011 kemarin.

Tiba-tiba, harga yang harus dibayarkan mencapai Rp 430.000,00, padahal sebelumnya saya memakai paket internet yang seharga Rp 210.000,00. Sebelumnya, saya memang mendapat telepon dari Speedy untuk penawaran ini, yaitu menaikkan Paket Internet dari 300-an kbps menjadi 1 mbps. Namun sudah saya tolak.

Malah pada saat saya menerima telepon itu, saya sudah sempat komplain mengenai speed internet yang dijanjikan sekitar 300-an kbps, ternyata hanya sekitar 30-130 kbps untuk download, lebih sering yang 30 kbps. Saya sempat mengakatakan kalau begini caranya, saya kecewa dan akan mengganti layanan internet saya dengan Fastnet saja.

Eh, sudah jelas saya menolak untuk menaikkan paket, kok malah dinaikkan sendiri tanpa persetujuan konsumen. Sudah begitu, koneksi internet yang saya pakai tidak ada perubahan sama sekali. Tetap saja 30 kbps.

Sempat beberapa waktu yang lalu, kalau tidak salah pertengahan tahun 2011, Ayah saya juga bingung mengapa tiba-tiba bayaran telepon rumah kami menjadi sangat mahal yaitu sekitar Rp 200.000,- lebih. Padahal di rumah kami jarang sekali menggunakan telepon, kebanyakan menggunakan Hand Phone. Karena kejanggalan ini, kami sempat saling menyalahkan karena menuduh salah satu anggota keluarga memakai telepon secara berlebihan. Ternyata tidak ada yang memakai telepon secara berlebihan.

Kemudian, Ayah saya menelepon ke costumer service Telkom dan menyakan mengapa bisa membayar harga semahal itu padahal pemakaian tidak terlalu sering. Ternyata! Lagi-lagi karena Telkom dengan sendirinya memberlakukan paket telepon yang saya juga tidak jelas apa keuntungannya, tanpa persetujuan dari satu pun anggota keluarga saya!

Beberapa hari setelah saya mendengar kabar bahwa Ayah harus membayar empat ratus ribu lebih untuk internet, ternyata Tante saya yang tinggal di Jakarta Barat juga mengalami hal yang sama. Tanpa persetujuan satu pun anggota keluarganya, Speedy dengan seenaknya menaikkan paket internetnya menjadi seharga empat ratus ribu lebih. Jelas kalau begini caranya, keluarga besar kami sudah sepenuhnya kecewa pada PT Telkom karena secara tidak langsung sudah melakukan penipuan terhadap konsumennya.

Salah satu teman kampus saya pun mengalami hal yang sama. Ketika dia protes dan ingin memutus jaringan, barulah Speedy meminta maaf dan memberikan paket gratis sampai akhir Desember 2011. Wah, wah, sudah mau diputus baru deh konsumennya dibaik-baikin. Bagaimana pelayanannya?

Bulan ini juga, saya akan menghentikan langganan internet saya dengan Speedy dan akan menggunakan Fastnet saja. Karena saya tahu dari testimoni teman-teman bahwa Fastnet murah dan tidak suka bohong! Pelayanan untuk gangguan pun bisa dibilang cepat tanggap. Mari kita bandingkan lagi beberapa bulan ke depan setelah saya mengganti Speedy yang mengaku cepat itu dengan Fastnet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun