Kolaborasi Wartawan-Publik dalam Media Sosial
Hadirnya media sosial di tengah masyarakat, mengubah cara mereka mengakses konten berita (Neto et al, 2019). Ketiga peneliti tersebut mengungkapnya sebagai prosumers (kombinasi antara produser dan user). Seseorang bisa menjadi penghasil berita sekaligus menjadi pengonsumsi berita.
Adanya tuntutan masyarakat akan kebutuhan informasi cepat, media sosial menjadikan cara mereka untuk menemukan informasi. Kondisi ini bukan menjadi penghalang bagi media arus utama dalam menyampaikan informasi.Â
Media justru melebur bersama masyarakat sehingga menghasilkan komunikasi dua arah. Media dapat menerima umpan balik dari khalayak mengenai tanggapan ataupun jawaban dari pertanyaan ataupun distribusi berita.Â
Sebaliknya, khalayak dapat menerima informasi dari media arus utama yang dapat dipercaya. Aktivitas inilah yang menggambarkan news gathering atau pengumpulan berita didukung oleh berbagai fitur media sosial, misalnya dalam Twitter dan Instagram bisa melakukan polling, hastag, question box, dan lain-lain. Kehadiran fitur ini menjadi upaya media dalam memenuhi kebutuhan pembaca sesuai informasi yang diinginkan.
Munculnya lingkungan kolaboratif ini mempercepat produksi berita ruang redaksi (Neto, Iskhikawa, Ginea, & Gronli, 2019). Munculnya prosumers di tengah ruang redaksi menjadi ciri khas dari newsroom 3.0 yang mengubah alur kerja redaksi dalam merencanakan, membuat, serta mempublikasikan pemberitaan dengan berbagai luaran.Â
Istilah penyebutan ini sesuai dengan perspektif multimedia journalism, yakni producer/user perspective---terjadi sebagai penghasil berita agen menampilkan diri mereka dengan koneksi yang lebih besar dalam jejaring sosial menggunakan ponsel pintarnya untuk menghasilkan informasi dimana saja dan kapan saja atau transfomrasi digital interkoneksi (Deuze, 2004).
Alur Kerja SuperdeskÂ
Superdesk dipimpin seorang redaktur pelaksana dan memiliki sejumlah redaktur yang berfungsi sebagai koordinator liputan (Pratopo & Kusajibrata, 2018).Â
Segala bentuk luaran akan didiskusikan dan diasistensi dalam superdesk bersama para jajaran redaksi yang saling berkolaboratif. Membawa segala informasi yang didapatkan dari audiens, maka superdesk menjadi pusat dalam kerja redaksi peleburan antara reporter, redaktur pelaksana, dan pemimpin redaksi menjadi newsroom yang terintegrasi penuh (full integration) dalam newsroom 3.0 (Garcia Aviles et al, 2014). Para reporter akan melaporkan setiap informasi ataupun data yang didapatkan dalam superdesk. Dalam redaksi, tidak ada sekatan yang membatasi para jajaran untuk bekerja sama dalam memproduksi pemberitan.
Mengingat poin kecepatan arus berita, alur kerja newsroom 3.0 menitikberatkan terhadap breaking news dan pemberitaan jangka panjang mendalam (investagisi/ekslusif) dan tidak mempunyai waktu dalam membangun pemberitaan rutinitas surat kabar yang kini menjadi porsi belakang (Garcia Aviles et al, 2014).