Ribuan purnama mengiringi semesta
Terang dan gelap silih berganti menghampar pada savana
Kala kantuk mengerang namun mata enggan terpejam
Jiwaku masih saja terpatri bak perahu yang berlabuh ditepi pantai
Yang berkhayal 'tuk berlayar ke pulau seberang mencari semburat kebahagiaan
Cintaku berpaling pada induk semangnya
Bergumul menarik akar mencabut rasa, sayang... yang ada rapuh jemari ini
Aku sepi sendiri meski disini berjejal tawa, bualan dan kedengkian
Berlari tapi apa daya tangan-tangannya menarik dan mencengkeram langkahku
Berteriak meronta tapi telinga mereka bebal, tak mampu mendengarku
Percuma saja lagipula ratapan tangis ibuku membuatku terdiam pasrah kembali dalam cengkraman
Hatinya terlalu lembek mengandalkan semua rasa sekitar tapi bukan rasaku
Dan aku semakin terperangkap di setiap sudut duka nestapa ini
Akankah kebahagiaanku diujung pulau dapat kurengkuh?
Atau hanya mampu menatapnya tanpa tersentuh?
Ahk entahlah, aku tak tahu...
Suatu senja dipinggiran kota, 06 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H