Intip Buku
Tahun: 2024
ISBN: 978-602-4914-58-5
Ukuran: 15cm x 23cm
Isi: 736 halaman book paper, BW dan FC
------------------------
Buku PAHLAWAN-PAHLAWAN DINASTIHAN LELUHUR MINAHASA ini (2024), Â tidak lain adalah lanjutan dari buku pertama Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa (2018), jelas judul yang relatif sama, juga dengan memasukkan dalam cover sosok Zhuge Liang, sang ahli strategi dan pembantu setia kaisar Liu Bei, kakek dari Toar sang putera Langit, maka nampak lebih mengedepankan nilai-nilai kehormatan, kebijaksanaan, dan kemuliaan para pahlawan yang seyogyanya melekat pada mereka yang disebut bangsawan, pejabat sipil/militer, dan umumnya pemimpin di setiap bidang dan tingkatan.
Buku kedua ini berisi tambahan data yang terus-menerus digali penulis dari berbagai sumber, baik lewat literatur kepustakaan, maupun penelitian lapangan dan wawancara yang pernah dilakukan dengan banyak ahli di Indonesia dan dalam kunjungan-kunjungan ke Tiongkok, Korea, Vietnam hingga Jepang. Â Ada data tambahan yang paling signifikan terutama terkait nama-nama keluarga (fam) Minahasa, ada tambahan lebih banyak ungkapan dan frase keseharian Minahasa - Han, tambahan bab genotip dan fenotip orang Minahasa, uraian sumber referensi kepustakaan klasik dan utama, penjelasan tambahan tentang Lumimu'ut, uraian lebih panjang syair nyanyian Karema, asal-usul dan hubungan orang Hakka dengan Minahasa, glosari Han-Minahasa, dst.
Â
Kendati bukan dirancang sebagai sebuah buku metodis sistimatis seperti sebuah karya ilmiah ketat sebuah lembaga akademik, buku setebal 735 halaman ini menyodorkan bagi kaum akademis kampus dan para pembaca budiman sejumlah data temuan obyektif yang makin banyak dan meyakinkan, bahkan tetap memasukkan data edisi pertama, dimaksudkan penulis agar pembaca dapat dengan mudah memahami temuan ini tanpa harus membuka-buka atau membolak-balikan halaman di dua buku yang berbeda.
Data dimaksud adalah sekitar perihal geografi dan demografi bangsa Minahasa secara umum, pertanggungjawaban temuan dengan metodologi ilmu bandingan bahasa dalam sejarah (comparative linguistic in history) dengan memakai cara Pinyin, Wade Giles (cara latinisasi bunyi huruf Han) dan Zhuyin.Â
Lalu tentang latar belakang dan konteks kisah sejarah perang Tiga Negara, San Guo atau Sam Kok, di Tiongkok kuno pada abad ke 2-3 Masehi, yang menjadi latar pengungsian sekelompok orang istana dan terus sampai di Timur di muara sungai dan menghilang di samudra, dan oleh angin muzon barat mendarat di _tu uxin dao na_ (wilayah tiba dengan tidak disengaja) atau _tuur in tana_ (pusat bumi) Minahasa.Â
Tentang bukti historis manusia pertama Lumimuut Toar, figur dan peran imam Karema, nama Minahasa dan nama-nama sebelumnya, bukti etnomusikologi, makna relief waruga, sistim religi, praktik I Ching, grafis di Watu Pinawetengan, sistem pemerintahan, fakta dan bukti-bukti lain.
Perubahan judul sejalan dengan uraian panjang lebar isi buku yang mengangkat sosok-sosok besar mulia yang membawa nilai-nilai kepahlawanan sesuai karakter dan jabatan pengabdian, seperti Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei, "tiga ksatria yang mengangkat dan menghayati sumpah persaudaraan, setia sampai akhir hayat" _(se sana telu mahesaesaan)_ di tengah zaman peperangan dan kemunduran akhlak dan moral. Nilai-nilai luhur mulia para tokoh dan konteks prinsip dan praksis hidup mereka terekam dalam *"Nyanyian pujian penuh hormat dinasti Shu" _(Shu Ma Le Sung)_*, Â yang isinya kemudian *menjadi nama-nama keluarga atau fam, tempat, tumbuhan, etc. di Minahasa*.
Selain penambahan sejumlah data yang penting oleh penulis dalam jumlah yang lebih banyak, yang sangat spesial dalam buku kedua ini adalah pengantar dari sisi filsafat bahasa oleh Dr. Benni E. Matindas, seorang yang luas dan mumpuni bacaan filsafatnya, sangat dekat dengan dunia penelitian budaya dan banyak segi intelektualitas perihal Minahasa khususnya.
Artikelnya memberi uraian pertanggungjawaban yang memberi pendasaran filosofis linguistik, secara khusus memperlihatkan perjalanan panjangnya secara padat sehingga pembaca dibantu untuk memperoleh kacamata sangat tajam untuk memahami temuan bahasa Han - Minahasa, bagaimana meneropong "kompleksitas" teori pembentukan sebuah ide dalam bunyi menjadi kata frase bahasa, bukan langsung tentang morfem dan kalimat, oleh dan untuk komunitas itu sendiri di tengah dunia dan lingkungannya, dan sambil menempatkan temuan buku ini dalam konteks dinamika sejarah dan mitologi terkait praksis pencarian intelektual kritis siapakah leluhur Minahasa itu, yang dari perspektif linguistik menurut BEM dipuncaki dalam temuan Boseke ini yang membeberkan demikian banyak evidensi kecocokan dua bahasa, jika dengan cara yang benar, bukan sekedar cocokologi dalam arti sembarangan saja yang berujung kesesatan.
Dalam pengantar Perry Rumengan, juga nampak menjadi lebih panjang karena ditambahi pelbagai uraian pembuktian berdasarkan lebih banyak referensi kepustakaan yang mendukung temuan ini.
Pelbagai bukti tambahan dari penulis, serta dua pengantar dari ahli filsafat dan ahli etnomusikologi menjadikan buku kedua ini lebih menarik lagi dan mudah diikuti dan diterima dalam kancah diskursus ilmiah akademis, lepas dari orang menolak atau menerima dengan alasan dan argumennya masing-masing yang mesti diterima dengan terbuka dan kritis, supaya praksis intelektual pembahasan temuan ini semakin menyingkap dan menegaskan sebuah kebenaran itu - terkait budaya bahasa dan asal usul manusia manusia Minahasa - yang hakikinya menyatu dengan kebaikan, kegunaan, dan keindahan. (Lihat. Thomas Aquinas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H