Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Kemandirian dan Peranan Pemangku Kepentingan Pembinaan Mental Generasi Bangsa

10 Juli 2024   08:58 Diperbarui: 10 Juli 2024   09:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama para pemenang kejuaraan 2024 Semarang, by Panitia

Tiga tahun pasca pandemi, banyak perguruan karate yang berusaha bangkit lagi. Tak terkecuali Shinkyokushinkai Indonesia yang sudah berusia 42 tahun. Namun, gebrakan perguruan untuk tetap eksis dan berkiprah sungguh diacungi jempol. 

Tiga tahun terakhir ini tetap mampu menunjukkan diri sebagai perguruan besar yang mandiri dan independen, walaupun ada banyak goncangan internal maupun eksternal. 

Beberapa refleksi terbatas terkait penyelenggaraan kejuaraan yang diupayakan dengan mengandalkan kekuatan finansial perguruan yang terbatas. 

Dengan semangat pengabdian dan mengesampingkan ego pribadi dan kelompok, perguruan ini membuktikan diri masih eksis dan bahkan terbesar, walau tidak mendapat akses dana dan fasilitas dari lembaga pemerintahan karena satu dan lain hal dalam tata kelola pembinaan dan pendidikan generasi muda secara khusus terkait wadah organisasi karate di Indonesia tercinta ini 

Euforia pasca pandemi?

Dua tahun tak ada kejuaraan perguruan di tingkat nasional bahkan di tingkat daerah karena pandemi Covid, sepanjang 2020 - 2021. Rutinitas tahunan dihentikan, dan terhenti begitu saja. Semua memaklumi, dan bersyukur bahwa Indonesia secapp secara umum relatif berhasil melaluinya. 

Semua pihak terkena dampak pembatasan, demikian juga perguruan kita WKO Shinkyokushinkai Indonesia.

Masa pelonggaran pun datang, walau masih dalam bayang-bayang ancaman virus yang terus bermutasi ini di pelbagai wilayah global dan lokal. 

Saat itu di bulan Juni 2022 kita menggebrak dengan kegiatan besar nasional  Indonesia Open ke-23 dan Festival Shinkyokushinkan ke-1 di Cilodong Jawa Barat.

Ada suasana euforia yang sangat tebal menggema di Aula Kartika milik TNI AD tersebut. Bukan hanya oleh peserta tanding dan official, tapi juga orangtua dan handai taulan tumpah ruah yg makin meramaikan suasana di awal kebangkitan pasca pandemi global tersebut. Sebuah pernyataan atau pertanyaan?

Betapa ramainya, dengan peserta tanding lebih dari 200 orang! Semua terhenyak dan tersadarkan lagi bahwa kita masih hidup sebagai komunitas perguruan yang cukup besar dan solid, di tengah duka atas bbrp anggota kita yg menjadi korban pandemi.

"Setahun kemudian, 2023, sejarah baru kita torehkan kembali karena berhasil menggelar kejuaraan dengan peserta 300 lebih, dengan 3 matras." Menurut perawih sejarah aliran Kyokushin, Senpai Eko Nugroho, fakta ini merupakan kejuaraan aliran Kyokushin terbesar yg pernah diadakan di Indonesia.

Hal ini menjadi hal yang sangat bermakna lagi bila mengingat semua urusan penyelenggaraan dikelola dan dibiayai secara mandiri dan independen oleh organisasi perguruan sendiri. Bandingkan kegiatan-kegiatan pembinaan olahraga lainnya yang dibiayai melalui anggaran belanja pemerintah. 

Apapun soalnya, hal ini tentu menjadi refleksi kritis bagi semua pihak, yang peduli dengan tata kelola demi pembinaan fisik mental spiritual kader yang sehat jiwa raga demi ibu pertiwi dan tumpah darah segenap bangsa dan warga negara Indonesia tercinta.

Lokasi kegiatan makin menambah makna kebesaran acara ini, yakni di Sport Hall Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yg merupakan perguruan tinggi negeri rujukan pendidikan keguruan nasional.

Tahun 2024: Penurunan Peserta
Data menunjukkan membludaknya peserta tahun 2022 dan 2023, bukan sekedar efek euforia menyambut pelonggaran setelah dua tahunan pembatasan karena pandemi tersebut. Namun mereka yang paling banyak hadir adalah kategori yunior, 10 - 16 tahun.

Sementara kelas umur dewasa (17 tahun ke atas) untuk sebuah kejuaraan nasional terbuka, termasuk biasa saja alias rata-rata masih tergolong tidak banyak, yakni hanya mencapai antara 70 - 100 peserta.

Dalam diskusi di grup terbatas Keluarga Besar Sabuk Hitam WKOSI, salah satu diangkat faktor finansial ekonomi yang belum baik-baik saja pasca pandemi ini, yang menjadi penyebab penurunan partisipasi dan keikutsertaan. Selain beberapa faktor internal eksternal perguruan juga. Dan diskusinya panjang lebar yang kiranya hanya makin memperkuat rasa soliditas dan solidaritas sesama anggota keluarga perguruan.

"Saya tahu peserta untuk Indonesia Open akan semakin sulit didapat sementara peserta Yunior semakin banyak, bahkan membludak seperti tahun 2023 dan 2022." Demikian Shihan JB Soejoto, Ketua Dewan Guru, dalam sambutannya. Hal ini diungkapkannya terkait dengan nama kegiatan The 25th Indonesia Open yang ditambahi The 1st Junior Championship dan fakta menurunnya kepesertaan dewasa.

Poin tersebut sudah terungkap juga dalam kata sambutannya tertulis tahun lalu dalam buku acara Indonesia Open ke-24 dan Festival Shinkyokushin ke-2, yakni antisipasi melibatkan kelompok Yunior (15 -16 tahun), yang menjadi peralihan paling dekat kader karateka untuk mengikuti kejuaraan sekelas Indonesia Open yang memang diadakan untuk filter ke kejuaraan tingkat Asia dan tingkat Dunia.

Shihan JB Sujoto sudah memprediksi di tahun lalu bahwa tetap akan ada penurunan kepesertaan kelas dewasa di kejuaraan terbuka tahun 2024 ini. Karena itu memang tetap ikutkan kategori Yunior umur 15 - 16 tahun supaya kegiatan kejuaraan itu masih cukup peserta. Dan kategori 10 - 14 tahun hendak dibatasi keikutsertaan supaya lebih fokus.

Kejuaraan Yunior Pertama
Berbeda dengan 2 tahun sebelumnya yang untuk kategori yunior memakai istilah "festival", kali ini justru lain. Dan untuk pertama kali kejuaraan Indonesia Terbuka ditambahi Kejuaraan Yunior, seperti nampak dalam nama kegiatan di Semarang: The 25th Indonesia Open and The 1st Indonesia Junior Shinkyokushin Karate Championship. Kejuaraan kali ini terbuka juga bagi aliran fullcontact yang tergabung dalam IFKA (Indonesia Fullcontact Karate Association), baik dewasa dan yunior.

Kejuaraan Yunior sendiri secara rutin dibuat di tingkat wilayah Pengda yang diikuti semua kategori umur, mulai dari 10 tahun. Dan bila menengok sejarah, kejuaraan yunior tingkat nasional sudah pernah dilaksanakan dua kali di Surabaya.

Demikian terungkap dalam rapat pengurus dan para instruktur perguruan, 6 Juni 2024 bertempat di hotel UTC Semarang, sehari sebelum acara kejuaraan dimulai, sekitar 5 km dari lokasi pertandingan di Sport Hall Unika Soegyopranoto, yang mana universitas langganan Top 50 ini melalui pra Unit Kegiatan Mahasiswa juga menjadi sponsor dan fasilitator kegiatan ini.

Pada kesempatan rapat itu diusulkan juga untuk tetap menyelenggarakan kejuaraan yunior secara nasional terpisah atau bisa digabung dalam kejuaraan Indonesia Open bila memungkinkan.

Dalam rapat tersebut diputuskan juga lokasi Indonesia Open plus Kejuaraan Yunior tahun 2025 untuk sementara ditetapkan di Semarang, bila tak ada permohonan dari Pengda lain. Preferensi ini diangkat karena dojo perguruan tinggi sedang berkembang di Semarang, di mana ada dua pra Unit Kegiatan Mahasiswa yang memberikan fasilitas yang sangat memadai untuk pelaksanaan latihan-latihan termasuk untuk sebuah iven selevel Indonesia Open.

Jelaslah titik berangkat dan arah tulisan ini sedikit banyak terkait pendanaan dan fasilitas. Bagaimana peningkatan jumlah dan mutu dari proses sampai hasil sebuah perkumpulan dan pergerakan pembinaan generasi muda, dan peranan semua stake holder termasuk pemerintah dan swasta. 

Semoga dinamika yang terungkap dalam tulisan ini juga menjadi perhatian semua kementerian dan dinas pemerintah yang terkait, kalau belum pun ya kita terus berupaya untuk tetap mengabdi demi ibu pertiwi dan tumpah darah Indonesia tercinta, di tingkat daerah, nasional, dan global sebagaimana yang sudah ditunjukkan selama perguruan berdiri sejak 1982#

Oleh: Senpai Stefi Rengkuan,

Sekjen WKOSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun