Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terima Kasih Indonesia, Amazing Grace...

29 Juni 2024   00:41 Diperbarui: 29 Juni 2024   00:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau mesti diakui kemajuan pembangunan fisik material di negara Komunis ini sangatlah dasyat dan merata di pelbagai wilayah, desa dan kota, sejauh 7 hari perjalanan paling kurang mencapai 2000km bolak-balik, dengan kereta super cepat dan bus.

Fakta nyata bangunan dan fasilitas publik yang merata dan serba modern, perumahan rakyat serba tersedia bahkan nampak berlebihan dan mencerminkan kepedulian dan tata kelola negara untuk memastikan tiada orang keluarga yang homeless apalagi gelandangan, semua tersedia merata yg sebaliknya masih saja sering ditemui di bumi Pancasila, dari desa sampai kota, termasuk kesenjangannya yang makin besar dan dalam.

Jadi, fenomena apakah ini? Pastilah sudah banyak pengamat dan ahli memberi pelbagai macam deskripsi dan teori atas realitas dalam suatu negara berideologi Komunis dan sekaligus Kapitalis tersebut.

Nampaknya ungkapan terkenal dari bapa Deng Xiaoping berikut ini justru yang menjungkarbalikan definisi klasik kategori negara berdasarkan sebuah ideologi ekstrim: "Tak peduli kucing itu putih atau hitam, asal dia bisa menangkap tikus." 

Seolah tak peduli mesti dicap kapitalis seperti negara-negara Liberal pd umumnya, pembaharu Tiongkok ini terus dengan "Lompatan Besar" demi kemajuan negara dan rakyatnya. 

Sebuah pragmatisme yang nampaknya efektif di negri berpaham komunis yang dicap otoriter itu. Bagaimana pula dengan pragmatisme di negeri liberal Paman Sam sendiri yang menyebut diri sebagai kampiun demokrasi?

Kalau saja ada sintesis atau adi model yang melampaui dua ekstrim itu, katakan saja semacam pragmatisme ala Pancasila, secara teoretis akan lebih menjamin harmoni dan keselarasan yang menjadi pijakan terdalam dan orientasi tertinggi semesta batin kecil manusia dan semesta alam raya?

Lagi-lagi pada akhir dan awal tetaplah penting dan mendesak serial pertanyaan dan jawaban seputar hakikat kodrati, moral, dan eksistensial manusia dan masyarakat negara itu yang akan terus relevan sepanjang perjalanan sejarah manusia dan dunianya: tentang si(apa) dan mengapa manusia ada, berada, dan menjadi.

Dalam suatu deklarasi diskasteri kepausan "Dignitas Infinita" April 2024 lalu dirumuskan kurang lebih bahwa apapun dan bagaimanapun kekurangan moral dan eksistensial manusia itu tidaklah membatalkan martabat kodrati manusia itu sendiri, sebagai makhkuk ciptaan Tuhan yang mulia dan utuh, fitriah ilahiah.#

Tantu teintu
/stefir

------------------------
Amazing grace, how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I'm found
Was blind, but now I see
'Twas grace that taught my heart to fear
And grace, my fears relieved
How precious did that grace appear
The hour I first believed
Through many dangers, toils and snares
We have already come
'Twas grace that brought us safe thus far
And grace will lead us home
When we've been there ten thousand years
Bright shining as the sun
We've no less days to sing God's praise
Than when we first begun
Than when we first begun

Source: Musixmatch
Songwriters: George Henry Martin / Dp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun