Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Remy Sylado, Refleksi Ekumenis Melampaui Sekat Primordial Palsu

15 Desember 2022   12:20 Diperbarui: 15 Desember 2022   12:27 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juga secara khusus tulisan ini sebagai respon terkait salah satu pokok survey demografi, yang diangkat senior Frits Pangemanan dalam diskusi WAG Alumni Pineleng, sebuah analisis tajam yang memberi sinyalemen dan indikator kuat bahwa pokok agama dan keyakinan ini di beberapa wilayah Indonesia masih sangat peka bahkan riskan untuk diungkap secara terbuka dan jelas, terutama terkait jumlah populasi anggota masing2 agama tersebut, bilamana itu bisa memicu kecemburuan dan konflik sosial. Padahal agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku, bukan kata Gus dur. Duh begitu aja kok repot ya

Sampai di sini saya pikir bagus menyelipkan tanggapan senior Frits H. Pangemanan, dalam WAG sebagai berikut.

"Kepolosan broer yg innocent atas kekatolikan Bung Remy, pd hematku, menukik sukma kaum ekumenis. Setidaknya dalam perspektifku, innocence broer menyiratkan aspek positif di hadapan kaum ekumenis bahwa broer yg mewakili Tou Kawanua Katolik  mengepak sayap melampaui sekat2 agama yg kerap berciri primordial palsu dgn nurani pseudo-diskriminatif di lubuk hati terdalam.

Broer mungkin tak mnyadarinya, tpi dari sergahan sang pendeta yg mneruskan kata "KATOLIK"  pd kerohanian Bung Remy ketika Broer tmpak berpikir dua kali sbelum mnyebut identitas keagamaan Bung Remy itu, pd hematku sngat jelas, menyiratkan realita bawah-sadar batin kaum ekumenis bhw Broer dlm paradigma Katolik mndahulukan respek humanitas yg tinggi atas tokoh berjasa Kawanua di hadapan broer,  ketimbang mnampilkan kebanggaan sekat2 agama yg kerap mendistorsi cita-rasa  persaudaraan kawanua.

Kepolosan broer dlm innocence itu mbuat Roh Kudus menuntun pikiran spontan Broer pd pesan overarching penting bhw humanity tak boleh tersekat dan terkurung dlm paham agama di ruang2 public."

***

Selamat jalan menuju kehidupan kekal, ad vitam aeternam, Bung Remi Silado, bersatu selamanya dalam persekutuan para kudus surgawi. Salah satu nama aliasmu bernada, dan sekarang hendak kubilang 23761 untuk kami dendangkan jua.

Kemah kediamanmu di dunia ini sudah dibongkar oleh sang waktu pas pada tanggal bernada Doredo Dorere, 121222, pada hari Senin. Bisa jadi kau malah baku itong (bernegoaiasi) akhir dengan sang Khalik. Sampai akhirnya seperti dalam lagu liturgi sabda, engkau bermadah dalam lagu bernada indah syahdu:  

"Di hening kidung SabdaMu,
terbentang damai tenang...
Di hening kasih CintaMu, imanku ingin pulang..."

Dan engkaupun telah mencapai puncak kesadaran pada saat perayaan Minggu Adven III ini. Gaudete in Domino semper: iterum dico gaudete. Modestia vestra nota sit omnibus hominibus: Dominus prope est.

 -- Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun