Ditutup hari ini 24 Maret setelah dibuka resmi 18 Maret 2022, penyelenggaraan MTQ (Musabaqah Tilawatul Qur'an) atau Lomba Baca Alquran tingkat Provinsi Maluku yg digelar di Kabupaten yg 96% masyarakatnya Kristen (Katolik dan Protestan), dan 4% Muslim pendatang, telah berlangsung aman lancar, damai dan penuh kenangan indah.Â
Demikian berita ringkas diperoleh dari Ketua Ikatan Alumni STF Seminari Pineleng wilayah Tanimbar, Petrus Poly Abeyaman.
Dilaporkan bahwa ketua Panitia Pastor Simon Petrus Matruty, alumnus 1992, yg menjabat sebagai Wakil Uskup Wilayah KKT MBD (Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya) Keuskupan Amboina, karena memang mayoritas masyarakat beragama Kristen dan Gereja Katolik termasuk yang terbesar dari denominasi gerejawi lainnya, dan kebetulan juga Bupatinya, Petrus Fatlolon, Katolik.Segenap panitia pelaksana jelas mayoritas Kristiani. Para pastor dan pendeta serta pejabat pemerintah bahkan umat awam Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Fasilitas-fasilitas yang digunakan juga kebanyakan milik umat kristiani selain milik pemerintah daerah. Termasuk pelbagai atraksi hiburan untuk memeriahkan perhelatan keagamaan saudara Muslim di negeri yang biasa disebut "Seribu Pulau" dan "Negeri Raja-Raja".
Berita menggembirakan ini menuai banyak komentar di grup WA Alumni Pineleng, yang anggotanya berasal dari alumni pastor dan awam yang pernah mengenyam pendidikan di STF Seminari Pineleng, Manado, Sulawesi Utara, tempat Imam Bonjol dimakamkan. Lho mengapa?
Ramai berkomen bahkan mempertanyakan alias menyayangkan mengapa peristiwa unik dan bagus ini tidak dipublikasikan lebih luas lagi, mengapa sudah hari penutupan baru muncul beritanya? Walaupun tingkat Provinsi Maluku, tapi event rutin yang juga menyaring peserta untuk naik level MTQ Nasional, mestinya bisa digaungkan secara nasional di pelbagai pelosok, yang juga rutin mengadakan acara ini dan acara keagamaan lainnya.
Pasalnya peristiwa ini unik, dan mestinya mendapat publikasi lebih luas di tingkat nasional juga.
Pertama, dari sisi kedaerahan KKT sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Maluku Tenggara dengan UU no. 46 Tahun 1999 dengan nama Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan kemudian berubah nomenklatur menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Tahun 2019. Negeri bertajuk DUAN LOLAT ini berada di wilayah yang jauh dari pusat Provinsi yang ada di Ambon, apalagi dari Jakarta ibukota Negara, bahkan tetap jauh dari IKN di Kaltim. Apalagi posisi KKT ini merupakan basis darat terdekat dari Blok Masela, yang merupakan cadangan gas raksasa tingkat dunia.
Kedua, terkait kampanye moderasi beragama oleh Kementerian Agama, tentu saja hal ini unik dan menarik. Pasalnya penguatan moderasi beragama menjadi strategi pemerintah Joko Widodo dan Ma'aruf Amin di tengah situasi kehidupan sosial politik, ideologi dan keamanan nasional yang masih terus digerogoti elemen dan anasir pemecah belah dan intoleran di pelbagai pelosok Nusantara.
Ketiga, bagi Umat Katolik Indonesia, khususnya wilayah Keuskupan Amboina, dalam persatuan dengan Gereja Universal yang berpusat di Vatikan, peristiwa ini menjadi buah kesaksian yang bisa menjadi buah bungaran sebagai persembahan terindah bagi Keuskupan Amboina, yang pada April 2022 ini akan dianugrahi Uskup Baru Tertahbis, Mgr. Inno Ngutra, dan melepas Uskup Petrus Canisius Mandagi MSC yang sudah menjadi Uskup Agung Merauke.
Keempat, sebagaimana diketahui pengangkatan seorang uskup itu merupakan hak preogatif dari Paus di Vatikan atas rekomendasi dan pertimbangan lokal gerejani. Maka momen di kabupaten KKT, yang umat Katoliknya adalah mayoritas pertama (47% menurut BPS 2022) umat beragama dibandingkan mayoritas kabupaten/kota lain di Maluku, negeri pertama rasul misi besar St Fransiscus Xaverius pernah menanamkan benih iman. Ini tentu juga menjadi peristiwa yang menarik di mata dunia Katolik yang satu garis kepemimpinan dan ajaran, terutama di tengah upaya Gereja menindaklanjuti dokumen-dokumen Konsili Vatikan II (1962-1965) yang mengembangkan teologi pastoral dan dialog yang lebih ramah dan terbuka, terkait hubungan dan kerjasama damai harmonis dengan semua komunitas kristiani dan semua agama dan keyakinan, terlebih kaum Muslim disebut secara istimewa juga.
Terimakasih KKT, pemimpin dan masyarakatnya, dengan kekayaan iman dan kultural leluhur orang Tanimbar yang telah berani menjadi tuan rumah terhormat yang memberi kesaksian melalui peristiwa nyata dan membawa makna besar bagi Indonesia. KKT bisa, KKT maju, Ya daerah-daerah lain bisa juga menyebutmu sebagai pionir untuk menjadi jembatan penghubung dan pemersatu mayoritas dan minoritas di negeri tercinta ini.
Itu sudah, KaKa Tanimbar, dangke jua. Betapa bahagia hidup rukun dan damai itu, bukan tergantung siapa mayoritas dan minoritas, bila kita semua hidup bersaudara, berlomba dalam kebaikan bersama, dalam keyakinan akan satu Tuhan langit dan bumi yang satu dan sama. Alhamdulilah, Aleluia, Pujilah Tuhan. Amin.
(Penulis adalah Presidium Riset dan Pengabdian Masyarakat ISKA dan Ketua Umum Kawanua Katolik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H