Dari manakah sikap mulia ini muncul? Tak lain dari sisa-sisa kesadaran yang secara nyata lestari dalam cinta sang doktor sendiri sebelum meninggalnya.
Dan sesungguhnya tindakan mencintai ini toh tergolong tindakan rasional, mengingat sang doktor membaktikan temuannya ini demi mewujudkan impian besar sang isteri. Bila sang isteri sudah tidak menghendaki, maka sangat masuk akal untuk menuruti dengan konsisten permintaan sang isteri. Bila tidak dituruti, maka usaha membuat kecerdasan buatan (dan semua upaya rasional lainnya) itu menjadi perbuatan tidak rasional, dan itu bertentangan dengan watak ilmuwan sejati. Sang penemu membuktikan dirinya tetap konsisten dengan bertindak sesuai dengan apa yang "diimani" secara rasional itu.
Bila saintis ateis seperti doktor penemu itu bisa melampaui dirinya karena cinta, tinggal pertanyaan sejauh mana cinta (rasional) manusia bisa melampaui segala keyakinan komunal maupun personal individu dan kaum beragama dan yang percaya serta mengabdi pada Tuhan, manakala misalnya sejarah lama sampai sekarang tindakan kekerasan dan pembunuhan atas nama agama bahkan Tuhan masih selalu terjadi. #
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H