Mendengar nama tokoh Sunan Gunung Jati pasti sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Salah satu anggota dari Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa khususnya Cirebon ini sangat dihormati oleh hampir seluruh masyarakat Islam di Indonesia.
Tak jarang kompleks pemakamnya yang terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon ini penuh sesak karena banyaknya peziarah yang berkunjung dan berdoa.
“Arsitektur dari bangunan kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati ini bergaya campuran Arab, Cina, dan juga Jawa. Semua keramik yang terpasang di dinding ini juga asli dari Cina. “, ujar salah seorang pemandu wisata yang menggunakan pakaian khas daerah Jawa di kompleks pemakaman ini.
“Ya kadang sih merasa agak risih ya, niatnya beribadah tapi malah terganggu soalnya sampe ditarik-tarik dan diikuti sampe ke dalam mobil. ”, ujar salah seorang pengunjung yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Keterangan dari salah seorang petugas di Keraton Kanoman yang turut mengelola kompleks pemakaman ini mengatakan, “Kalau dulu ada polisi pariwisata yang mengamankan, jadi ya ga begitu rame sama peminta sedekah. Tapi sejak beberapa tahun yang lalu polisi pariwisara dihilangkan. Gatau juga sih kenapa.”
Tentu ini menjadi salah satu masalah yang perlu disoroti saat peziarah yang berniat beribadah menjadi tidak nyaman dan bahkan terganggu. Perlu adanya bantuan pemerintah untuk menertibkan dan mengawasi kompleks pemakaman ini, baik itu mungkin dengan penugasan kepolisian untuk menjaga situs bersejarah ini atau pembuatan peraturan mengenai tempat – tempat pariwisata dari segi kenyamanannya.
“Pihak kita juga tidak bisa apa – apa karena tidak ada hukum atau undang - undang yang mengatur jelas tentang persoalan ini. Hukum di atas segalanya”, ujar petugas tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H