Mohon tunggu...
Steffi
Steffi Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMA Trinitas Bandung

Kelahiran Bandung 2007, salah satu siswi SMA Trinitas Bandung. Suka menuangkan ide dan pengalaman ke dalam karya tulis. Tunggu karya lainnya yaa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permainan Tradisional, Masih Zaman?

28 Juli 2023   19:52 Diperbarui: 28 Juli 2023   22:22 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh masyarakat yang tersebar dari sabang sampai merauke. Tentu karena faktor geografis ini, Indonesia memiliki budaya yang beragam, mulai dari rumah adat, tarian, alat musik, lagu daerah, pakaian, dan masih banyak lainnya. Namun, seiring berkembangnya zaman, budaya Indonesia sudah semakin tersingkirkan akibat teknologi yang semakin canggih. Banyak generasi penerus bangsa yang saat ini kurang mengenal akan budaya tradisional dan lebih memilih untuk bermain gawai. 

Suatu saat, kami berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu tempat pelestarian permainan tradisional yang terletak di kabupaten Bandung, yaitu Komunitas Hong. Komunitas ini telah berdiri sejak tahun 2003. Nama Komunitas Hong sendiri berasal dari kata "Hong" yang artinya bertemu. Di tempat ini, kami diperkenalkan berbagai macam jenis permainan tradisional yang berkisar 200 lebih permainan yang dilestarikan di tempat ini. Tak sedikit permainan yang tidak kami kenal saat kunjungan. Banyak hal-hal yang baru kami ketahui dan pelajari selepas dari sana. 

Saat kami datang, komunitas tersebut menyambut kami dengan menyanyikan lagu permainan tradisional anak-anak. Mereka bernyanyi sambil memainkan alat musik tradisional khas Jawa Barat yaitu kendang, suling bambu, dan demung. Tak lama setelah itu, kami dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mencoba permainan tradisional secara bergantian. Beberapa permainan yang kami coba diantaranya adalah sapintrong, jalan batok, dam-daman, gatrik, kukuyaan, bakiak, perepet jengkol, dan lain-lain. Selama perpindahan permainan, kami diberikan penjelasan mengenai sejarah, cara bermain, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat permainan tersebut. 

Di saat kami mencoba permainan-permainan tersebut, kami merasakan bahwa permainan tradisional menarik dan menyenangkan apalagi jika dimainkan secara bersama-sama. Kami merasakan bahwa permainan tradisional ini dapat menumbuhkan nilai-nilai positif yang cenderung sulit ditemukan di zaman ini. Misalnya seperti nilai kebersamaan, kekompakan, kebersyukuran, menjaga kebudayaan, dan lainnya. Kami juga merasa bahwa permainan tradisional ini melatih kekreativitasan kami. Hal ini tentu membawa kami semua ke pemikiran yang lebih dalam lagi akan pentingnya menjaga kelestarian budaya Indonesia, terutama pada permainan tradisional.

Kami menyadari bahwa di zaman ini, anak-anak cenderung melupakan permainan tradisional dan beralih kepada game-game online yang ada di gawai mereka. Banyak diantara mereka yang menganggap bahwa permainan tradisional terlalu "kuno" di zaman digital ini. Sehingga, permainan tradisional dari waktu ke waktunya sudah semakin sedikit yang dikenal. Padahal, setelah kami memainkan permainan tradisional, kami merasakan kesenangan yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan game online. Jika permainan tradisional bisa terus dikembangkan dari zaman ke zaman, maka kebudayaan di Indonesia pun akan terus lestari. Kehidupan di era digital saat ini bukanlah penghambat bagi kita dalam melestarikan budaya Indonesia. 

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita tetap melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada agar bukan hanya masyarakat Indonesia yang mengenalnya, tetapi seluruh dunia. Jangan hanya menunggu orang lain untuk mulai melestarikan budaya Indonesia. 

Seperti inikah sikap generasi muda dalam melestarikan kebudayaan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun