Bahkan beliau lebih mahir atau telaten dalam menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, benar dan tepat. Beberapa saudara misionaris, telah kembali Belanda karena gagal dalam proses naturalisasi dan juga karena ingin menghabiskan masa tuanya di negaranya.Â
Namun beberapa di antaranya enggan untuk kembali berkarya di Belanda, termasuk P. Anton Tromp. Hingga saat ini misionaris Augustin (OSA) yang masih tetap tinggal di Papua-Indonesia ialah beliau sendiri.
IV. Pastor Figur
Menjadi seorang imam tidak hanya memiliki tugas untuk mempersembahkan ekaristi. Tetapi, lebih dari itu ialah menjadi hamba dalam pelayanan cinta kasih. Kehidupan yang semakin pelik dengan hadirnya berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) kadang membuat semangat para klerus pun terhimpit dalam perspektif pragmatis dalam pelayanan pastoral.Â
Pelayanan pastoral seringkali terjadi secara tidak efektif dan efisien. Namun, yang dilakukan oleh saudara kami ialah bahwa beliau belum bisa Move on dalam karya pastoral yang sifatnya prosedural dan tersistematisasi.Â
Istilah "Gembala berbauh domba" tepat disematkan untuk seorang figur seperti P. Anton Tromp, OSA. Pelayanannya benar-benar mendarat pada persoalan yang dihadapi oleh umat.Â
Berbagai nasehat, wejangan dan upaya yang dilakukan untuk membantu umat agar keluar dari persoalan kehidupan, seperti perkawinan yang berbelit-belit, keluarga yang kurang harmonis, kesehatan dan pendidikan menjadi suatu bagian yang melekat dalam dirinya.
Figurnya sebagai seorang imam dalam Keuskupan Manokwari Sorong, telah membahana diberbagai tempat pelayanannya. Beliau adalah sosok imam yang sangat paham dan trampil dalam membuat pertimbangan dan reksa pastoral.Â
Dorongan-dorongan untuk pembaharuan gereja yang lebih kontekstual selalu ada dalam benaknya. Tanpa menyimpang dari aturan-aturan pokok gereja Katolik, beliau terus mengharapkan adanya upaya untuk melayani umat dengan penuh kerendahan hati. Beliau adalah sosok panutan bagi umat, para imam-imam muda di Keuskupan Manokwari Sorong, dan para saudara seordo.Â
Memberikan motivasi dalam karya pelayanan pastoral bukan hanya dengan kata-kata, tetapi cara dan perilaku hidupnya. Ketegasannya dalam motivasi untuk menyadarkan para saudara Augustin, para imam dan biarawan-biarawati untuk siap sedia melayani umat dalam kerendahan hati adalah bagian dari hidupnya.Â
Kalimat yang seringkali keluar dari mulutnya ialah " Tugas imam ialah menguduskan umat, dan tugas umat ialah menguduskan imamnya". Dengan demikian, menjadi imam bukan merupakan suatu jabatan klerikal yang membuat seorang imam jatuh "ke atas" jatuh dalam kesombongan, melainkan harus di dalam semangat kerendahan hati dalam pelayanan.