Mohon tunggu...
Stefany Caudia
Stefany Caudia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tangan-tangan Pengais Kerang di Utara Jakarta

13 Mei 2017   22:17 Diperbarui: 15 Mei 2017   08:56 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak Ibu Nur yang lain, yaitu bernama Salsabila (10 tahun) dan Amel (6 tahun). Keduanya adalah anak-anak perempuan yang pintar di sekolahnya. Salsabila menduduki peringkat ketiga di kelasnya dan Amel yang sedang mengasah keterampilan membacanya. Kesamaan dari mereka berdua adalah semangat mereka dalam belajar. Kala itu, aku sempatkan diri untuk membuka kelas belajar bahasa asing untuk adik-adik di sekitar rumah Ibu Nur. Salsabila dan Amel mengajak teman-temannya untuk belajar bersama kami para peserta PPAN. Kami ajarkan mereka bahasa Inggris tetapi setelah cukup pandai dan paham berucap, maka mereka memintaku untuk mengajarkan mereka bahasa Prancis. Mereka bersorak sorai kegirangan dan mereka terlihat begitu antusias ingin belajar bahasa Prancis. Aku mengenalkan mereka pada kata, BONJOUR! Lalu, mereka saling berucap, BONJOUR Ka Stef! Kala itu, kudengar mereka berkeliling dan mengucapkan kata bahasa Prancis itu berulang kali, tanpa sadar mataku berkaca-kaca. Aku berseru, “Oh Tuhan, semangat mereka sangat besar untuk belajar bahasa baru, semangat yang belum tentu dimiliki oleh anak-anak lain di luar Kalibaru Timur, Cilincing.” Hatiku bergetar, ku bawa mereka dalam doa, agar kelak dapat diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi di kelas bahasa asing. Berdasarkan pengalaman, aku mengerti bahwa bahasa asing dapat menghantarkan mereka pada dunia yang lebih luas, wawasan yang dalam dan informasi yang utuh. Sebab, semangat merekalah yang menjadi pemicuku untuk tak lelah mengajarkan bahasa asing yang kumiliki bagi anak-anak di DKI Jakarta atau bahkan ke seluruh Indonesia.

foto3-keluarga-ibu-nur-59172307397b615d64e42764.jpg
foto3-keluarga-ibu-nur-59172307397b615d64e42764.jpg
Potret kecil dan sepenggal kisah yang kulewati sepanjang program Live-in PPAN DKI Jakarta 2017 ini menggambarkan perjuangan kehidupan masyarakat pesisir pantai utara Jakarta, yang mempertaruhkan kehidupan mereka dengan mengais dan mengupas kerang. Dan selama itu, aku mengerti bahwa segala kesulitan hidup yang mereka alami, tidak pernah menghalangi mereka untuk berbuat baik, bahkan untuk orang yang baru mereka kenal seperti aku ini. Kebaikan budi dan kerendahan hati yang mereka miliki telah menginspirasiku untuk mengabdikan diri bagi masyarakat luas. Aku menyadari sebagai pemuda penerus bangsa, tugasku tak berhenti pada sekedar lulus kuliah dan bergelar sarjana dan memperkaya diri sendiri, tetapi aku harus mampu memicu diriku untuk memperdayakan masyarakat dan menularkan kepada mereka semangat untuk meningkatkan kualitas hidup dengan rajin belajar. Hal itu dimulai dari anak-anak yang tidak boleh berhenti sekolah dan harus mengeyam pendidikan setinggi mungkin. Tidak ada yang begitu mustahil, jika anak-anak Indonesia memiliki kemauan untuk meraih cita-cita mereka. Anak-anak Cilincing sudah punya bakat, mereka hanya perlu berjuang lebih keras agar mampu keluar dari jerat kemiskinan. Dan, kita pemuda, harus ambil peran untuk membantu dan menjembatani mereka!

Melalui Program Live-in ini, aku sudah melakukan satu langkah konkrit dengan memberikan motivasi kepada masyarakat di Cilincing bahwa banyak jalan yang tersedia bagi mereka untuk melanjutkan studi. Banyak info beasiswa dan jalur masuk perguruan tinggi yang kami berikan, agar mereka terpacu untuk kuliah. Antusias mereka yang besar menjadi bukti bahwa mereka memang membutuhkan kita sebagai fasilitator mereka dalam mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.

Ingatlah kawan, para pemuda dan pemudi di Indonesia bahwa seluruh rakyat yang kesusahan adalah tanggung jawab kita. Sebab masa depan bangsa, bertonggak pada Pemuda sebagai generasi penerus. Jangan pernah lelah dan jangan pernah berhenti untuk mencintai Negeri kita Indonesia, sehingga jiwamu tak pernah berhenti bersemangat untuk membangun Ibu Pertiwi. Selamat mencintai Indonesia, selamat berjuang kawan-kawan.

 

foto4-peserta-live-in-ppan-2017-591722c8c5afbd41495ebad0.jpg
foto4-peserta-live-in-ppan-2017-591722c8c5afbd41495ebad0.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun