Pada masa sekarang ini, banyak terjadi perubahan dan perkembangan yang membawa kemajuan teknologi dan digitalisasi menjadi sesuatu yang melekat di hidup masyarakat sehari-hari. Begitu juga dengan Harian Kompas, sebagai korporasi media yang telah dikenal masyarakat sebagai penyedia informasi di Indonesia, Harian Kompas berupaya terus untuk tetap dikenal dan menjadi wadah yang mampu menyampaikan informasi kepada masyarakat setiap saat.
Tetapi bukan sekedar untuk dikenal oleh masyarakat, tetapi Harian Kompas berkomitmen untuk konsisten pada kinerjanya yang sudah dilakukan sejak tahun 1965. Dalam perjalanannya, Kompas menghadapi banyak sekali tantangan dan jatuh bangunnya sebagai platform berita yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Dengan motto "Amanat Hati Nurani Rakyat", maka Kompas ingin hadir sebagai bentuk jawaban dari masyarakat yang membutuhkan informasi yang berkualitas diantara banyaknya informasi yang beredar.
Harian Kompas dibentuk oleh Jakob Oetama, Frans Seda, dan Petrus Kanisius Ojong. Kompas memulai perjalanan mereka sebagai surat kabar nasional Indonesia dengan menerbitkan edisi perdana mereka dengan 4 halaman yang memuat 20 berita di halaman pertamanya. Kompas turut menghadapi berbagai permasalahan seperti krisis kertas, hingga masalah yang cukup besar yaitu adalah penurunan pembaca pada media cetak sehingga mendorong Harian Kompas melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada teknologi maupun kebiasaan masyarakat dalam menerima dan menangkap informasi.
Adaptasi yang dilakukan juga pastinya dilakukan dengan banyak pertimbangan dan perhitungan terkait bagaimana dampak dan pengaruh yang dirasakan nantinya, baik untuk Kompas maupun untuk masyarakat. Apabila melihat bagaimana perubahan dan adaptasi Kompas, 2017 menjadi langkah awal bentuk adaptasi Kompas berupa Kompas.id yang dirancang dengan berbagai pelayanan yang diberikan, yaitu akses E-paper, siaran langsung, dan datagrafik. Hal ini juga dapat dilihat sebagai langkah Kompas untuk memperluas jangkauan audiens di tengah permasalahan media cetak yang mulai diabaikan oleh masyarakat.
Lebih dari itu, Kompas turut menyeimbangkan langkah adaptasi mereka dengan menghadirkan akun sosial media serta membawa slogan "#MultimediaMencerahkan" yang dimana hal tersebut menarik perhatian generasi muda untuk ikut membuka pandangan mengenai jurnalisme dan juga pemberitaan, serta penyebaran informasi atau berita yang sebelumnya dianggap membosankan dan hanya sesuai dengan masyarakat yang berusia tua.Â
Melihat bagaimana Harian Kompas telah berada di posisi stabil sebagai platform informasi di Indonesia, Kompas menunjukkan sikap konsistensinya dengan tetap membuka pandangan mereka dan terus mengevaluasi sikap dan tindakan Kompas terhadap perubahan dan perkembangan teknologi di era digital ini. Sekalipun Kompas telah meraih berbagai penghargaan dari kualitas dan kontribusi Kompas di jurnalisme nasional maupun internasional.Â
Melihat perkembangan digital sekarang yang telah merangkul teknologi Artificial Intelligence (AI), perlunya Harian Kompas selaku korporasi media yang mampu memanfaatkan kemajuan sebagai sarana pengembangan usaha dan bisnis untuk melihat dan mempertimbangkan pemanfaatan teknologi yang dapat menjadi kekuatan yang memperkuat posisi Harian Kompas sebagai platform berita bagi Masyarakat.
Tidak hanya itu, dalam membangun hubungan dan relasi dengan audiens, Kompas dapat mendalami dan mempelajari bagaimana penggunaan teknologi dapat mengarah pada terciptanya inovasi, baik itu terkait penyajian konten, maupun penyajian fitur yang ada di aplikasi maupun website Kompas. Maka dengan begitu, Kompas tidak hanya sebatas pada kemajuan, tetapi hingga bagaimana terbentuknya kepercayaan dan kenyamanan publik. Sehingga Kompas tetap berada selangkah lebih maju dan mempertahankan konsistensi sebagai media jurnalisme nasional yang dikenal dan disukai masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H