Halo sobat kompasiana! Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidakan korupsi itu ada dan benar terjadi hampir di setiap negara, bahkan tanpa kita sadari tindakan korupsi terjadi di lingkungan tempat tinggal kita. Memang, korupsi identik dengan uang. Namun sebenarnya, korupsi tidak hanya tentang uang saja, ada berbagai senis korupsi, misalnya korupsi waktu, korupsi tenaga, dan lainnya.
Nah, sebenarnya apasih korupsi itu? Menurut Haryatmoko, pengertian korupsi adalah upaya menggunakan kemampuan campur tangan karena posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh,uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
Korupsi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Korupsi biasanya indentik dengan pejabat tinggi negara ataupun orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam suatu lapisan masyarakat. Lalu, apakah korupsi hanya muncul di kalanagan pejabat negara saja? Tentu tidak.Â
Korupsi dapat dilakukan oleh setiap orang di berbagai kalangan masyarakat baik secara sadar maupun tidak sadar. Korupsi secara tidak sadar biasanya dimulai dari hal-hal kecil yang biasanya dianggap sepele. Apa contohnya?
1. Meminta Uang Lebih
Tindakan ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang akan membeli suatu barang atau jasa dengan melebih-lebihkan nominal yang harus dibayarkan. Kita ambil contoh anak sekolah. Ketika membeli buku atau alat-alat sekolah yang meminta uang lebih dari nominal asli kepada orang tua. Harga yang dibayarkan harusnya Rp50.000,00 tetapi siswa meminta uang sejumlah Rp75.000,00 kepada orang tuanya.Â
Terlihat sepele bukan, sobat? Namun, hal tersebut sudah termasuk ke dalam tindakan korupsi lho. Jika dibiarkan dan terus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan bagi orang tersebut untuk melakukannya secara terus-menerus. Dampaknya, akan muncul sikap tidak jujur dan bibit tindakan korupsi di waktu mendatang.Â
2. Menjiplak Pekerjaan Orang Lain
Disadari atau tidak, tindakan menjiplak pekerjaan orang lain juga sudah termasuk korupsi. Meskipun tidak berpengaruh sangat besar, namun menjiplak dapat merugikan orang lain. Pelaku biasanya menjiplak gagasan, karya maupun ide orang lain untuk diakui sebagai karyanya sendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa menyertakan sumbernya.Â
3. Menyontek
Menyontek tidak jauh berbeda dengan menjiplak pekerjaan orang lain. Hal ini dapat dikatakan sebagai tindakan korupsi karena  menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Kita sering mendapati kegiatan menyontek ini sering di lakukan di mana-mana, atau malah kita sendiri yang melakukannya? Menyontek biasanya banyak didapati di lingkungan sekolah maupun perkuliahan. Jika dibiarkan, perilaku menyontek dapat terbawa pada kehidupan seterusnya saat memasuki dunia kerja bahkan saat usia lanjut.
4. Tidak Tepat Waktu
Seseorang yang melakukan korupsi waku dapat diartikan orang yang tidak menggunakan waktunya dengan benar. Tindakan ini biasanya dianggap sepele dan dilakukan dengan tidak sadar bagi para pelaku. Namun, siapa sangka tindakan yang dianggap sepele tersebut ternyata sudah termasuk dalam korupsi. Ya, korupsi waktu.
Sering terlambat jika sudah janji bertemu dengan seseorang semestinya juga sapah satu bentuk korupsi waktu. Orang yang korupsi waktu biasanya cenderung untuk menunda-nunda pekerjaan yang dimilikinya.
Sikap tidak jujur dan tidak disiplin yang terjadi berulang ulang inilah yang memupuk seseorang untuk melakukan tindakan korupsi. Oleh karena itu, langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya korupsi di kemudian hari, antara lain :
1. Memberikan pelajaran agama kepada anak usia dini,
2. Menanamkan kejujuran dan kedisiplinan kepada orang di lingkungan sekitar atau bisa dimulai dari lingkungan keluarga,
3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada setiap individu,
4. Menanamkan keadilan kepada anak sejak ia masih usia dini, dan
5. Memberikan contoh pola hidup sederhana yang baik dan sehat di lingkungan keluarga.
Dengan menanamkan sifat-sifat di atas, maka korupsi yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar dapat dicegah atau paling tidak meminimalisir keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H