[caption id="attachment_337763" align="aligncenter" width="300" caption="Foto : news-media-agencies.com"][/caption]
Menonton film di bioskop merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Apalagi ditemani teman, pacar, atau keluarga. Makanan atau minuman yang telah dipesan dapat menganjal perut kita selama film diputar. Tapi, tidak semua film di bioskop dapat anda nikmati, khususnya anak-anak yang masih perlu bimbingan orang tua (dibawah 13 tahun). Kenapa?
Setiap film layar lebar memiliki batas umur yang jelas dan pemberitahuan ini telah dicantumkan di layar saat pemesanan tiket film. Mulai dari semua umur, bimbingan orang tua, remaja, sampai dewasa tertera dengan jelas. Namun, masih saja ada yang menonton film yang tidak sesuai dengan umurnya. Padahal batas umur yang dicantumkan berkaitan dengan konten film yang diputar. Walaupun tidak ada sanksi pidana yang dijatuhkan jika menonton film yang tidak sesuai batas usia. Tapi, tetap saja hal ini perlu adanya penegasan dari pihak bioskop dan kesadaran dari si penikmat film sendiri.
Jangan menganggap sepele batas umur yang tertera dalam setiap film karena dapat menganggu psikologi dan pemikiran si buah hati yang sulit untuk mengerti isi dan jalan cerita film yang diputar.
Sedikit orang tua yang sadar akan bahaya konten film layar lebar yang tidak pantas ditonton anak kecil karena masih banyak dari mereka yang membawa sang anak untuk menonton film layar lebar, yang sebenarnya diperuntukan untuk remaja atau dewasa. Penuh darah, vulgar, kekerasan, kata-kata kasar, dan lain-lain dapat merusak pikiran dan perilaku si anak yang belum paham akan film yang mereka tonton jika adegan dan cerita di film telah diatur atau direkayasa dengan aktor dan aktris yang terlatih. Padahal, di sisi lain anak memiliki imajinasi yang tinggi dan mudah terpengaruh untuk menirukan adegan yang ia tonton. Bukankah menjadi hal yang menyeramkan jika mereka menirukan adegan atau aksi fantasi di film karena ingin sehebat karakter di film?
Beberapa waktu lalu, ada kasus lompatnya seorang anak kecil dari lantai 19 di gedung apartemen karena menirukan aksi spider-man. Hal ini bukan hanya kesalahan si anak. Tapi, juga orang tua yang kurang perhatian dan pengarahan terhadap konten film yang di tonton si anak. Film super hero atau kartun pun perlu bimbingan anda selaku orang tua karena masih saja terselip aksi-aksi fantasi semata atau ucapan maupun tindakan yang tidak baik untuk anak-anak.
“Beri tahukan mana yang bahaya dan tidak karena di usia mereka yang masih kanak-kanak perilaku superhero gampang ditiru. Orang tua harus memberi tahu mana yang patut ditiru dan tidak,” jelas Kak Seto, seperti yang dilansir dari sindo.com.
Bukan berarti dengan adanya kasus ini orang tua mulai membatasi film yang ditonton sang buah hati. Tapi, perhatian dan pengarahan tentang konten film yang ditonton perlu diberikan oleh orang tua, sehingga anak mengerti yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan nyata. Setelah menonton, berikanlah pesan atau amanat yang dapat anda berikan dari film tersebut.
Contohnya saja, ketika anda dan si buah hati menonton film Frozen keluaran Disney. Berikan pesan positif yang terdapat dalam film, seperti cinta bukan hanya ada diantara laki-laki dan perempuan, tapi juga keluarga atau keluarga adalah harta yang paling berharga, sehingga harus saling melindungi dan mengerti antara satu sama lain.
[caption id="attachment_337764" align="aligncenter" width="300" caption="Foto : nymetroparents.com"]
Usia berapakah anak baru boleh menonton film layar lebar?
Menurut para pemerhati anak, minimal seorang anak boleh menonton pada usia 4 tahun. Hal ini dikarenakan si buah hati sudah dapat mengerti jalan cerita dan memiliki ketenangan yang dapat bertahan lebih dari 1 jam. Selain itu, anak usia 4 tahun juga sudah tidak sensitif lagi dengan suara keras yang ditimbulkan dan cahaya terang dari layar.
Namun, sebaiknya anak diberi pilihan untuk menentukan film yang ingin mereka tonton dan orang tua pun harus tetap memantau pilihan film sang anak. Karena tidak semua film yang diperuntukan untuk semua umur telah bebas dari hal-hal yang tidak baik untuk si buah hati. Lebih baik orang tua mencari tahu atau menganalisa terlebih dahulu tentang baik atau tidaknya konten film untuk si buah hati dari trailer atau sinopsis yang ada di internet atau di majalah.
Jika saat menonton sang buah hati banyak mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal baru yang ia dapatkan dari film yang ditonton, anda harus dapat memberi jawaban atau pemahaman dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Selain umur, orang tua juga harus cermat memperhatikan durasi dari film yang diinginkan si buah hati. Menurut American Academy of Paediatrics (AAP), menganjurkan waktu nonton untuk anak-anak tidak lebih dari 2 jam. Makin kecil usia anak, semakin sedikit waktu untuk menonton. Mungkin anda dapat menikmati film yang diputar selama 2 jam lebih, lain hal dengan yang dirasakan si buah hati.
Namun, nyatanya anak cenderung ikut dengan pilihan film orang tuanya. Contohnya saja jika orang tua mengajak si anak menonton The Raid yang banyak tindak kekerasan. Pasti ada saja kelakuan si anak yang membuat orang tua menjadi tidak menikmati film yang ditonton. Begitu pula dengan penonton lain yang terganggu dengan kerewelan si anak.
Bukan hanya itu saja, pra-remaja yang memutuskan untuk ingin menonton film layar lebar bersama teman sebayanya juga perlu diawasi orang tua. Bukan berarti si buah hati telah beranjak dewasa, sehingga orang tua dapat mengurangi pengawasan. Lebih baik dekati anak-anak anda yang telah beranjak dewasa,berilah mereka pengarahan tentang layak atau tidaknya film pilihan mereka bersama teman-temannya dengan intonasi yang rendah.
Menurut Kak Seto, seperti yang dilansir dari sindo.com, orang tua harus mampu menjalin komunikasi dengan bahasa yang ramah pada anak-anak. Meskipun orang tua memiliki rasa ingin marah, tapi aspek yang menenangkan anak harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan pada anak harus dikomunikasikan dengan intonasi rendah sehingga anak dapat mudah mengerti maksud orang tua. Beliau khawatir jika anak mengalami kecewa, stres, dan frustasi dengan perkataan yang disampaikan orang tua, anak dapat melakukan tindakan yang diluar dugaan.
Pengarahan sejak dini lebih baik dibanding anak-anak anda harus belajar dari lingkungan bermainnya yang anda sendiri tidak pahami pergaulannya. Pengarahan, perhatian, dan komunikasi perlu dijaga untuk memberi pemahaman pada si buah hati, terutama pada konten yang mereka tonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H