Mohon tunggu...
Stefani Sijabat
Stefani Sijabat Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tertarik degan isu-isu yang berkembang seputar sosial, hukum dan politik

menggemari topik-topik kontemporer di masyarkat urban. Blog https://dari-catatan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Orang Tua sampai DPR (Bisa Dong)

8 Oktober 2019   07:29 Diperbarui: 8 Oktober 2019   07:46 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dulu waktu masih baru masuk sekolah, orang tua mau dong mengantar anak-anaknya sampai ke sekolah. Ya iya lah kenapa enggak, namanya juga hari pertama anak masuk sekolah. 

Ketemu sama temen-temen dan dunia baru selain lingkungan rumah. Tidak lupa dong disiapkan bekal, dibantu mengerjakan PR, pokoknya disiapkan semua deh supaya sang anak nanti bisa langsung siap aja gitu menerima pelajaran dan pengalaman di sekolah.

Persiapan orang tua untuk anaknya juga tidak berhenti sampai disana. Orang tua juga harus memutar otak bagaimana si anak dapat mendapatkan yang terbaik dari sekolah. Si anak harus terus bisa berkonsentrasi di kelas, makanya orang tua harus pintar-pintar bicara dengan guru supaya anaknya bisa duduk di deretan paling depan di kelas. 

Bagaimana caranya supaya anak bisa selalu terus terpantau baik di depan guru. Bukan cara yang ilegal sih bila orang tua bersikap baik kepada guru. Asal tidak melakukan penyuapan supaya anak mendapatkan nilai bagus. Orang tua sekarang sudah pintar. Ini yang disebut dengan politik orang tua.

Kalau kita saksikan berita di berbagai media, kata politik juga tertalu dekat maknanya dengan stigma negatif di masyarakat. Tapi walau begitu, kita juga sudah dekat dengan dunia politik sedari kecil. Orang tua juga pasti tidak sadar dengan kegiatan politik tersebut. Analisa ini juga didukung dengan definisi politik KBBI.

Baca Juga :PERAN MAHASISWA DALAM PENUNDAAN RKUHP

politik/po*li*tik/ n 1 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): bersekolah di akademi --; 2 segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain: -- dalam dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dalam bidang -- , ekonomi, dan kebudayaan; partai --; organisasi --; 3 cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan: -- dagang; -- bahasa nasional;

berpolitik/ber*po*li*tik/ v menjalankan (menganut paham) politik; ikut serta dalam urusan politik;~ kancil main cerdik dengan segala macam tipu daya;

So mom's (and dad's) you all do politics as well. Kita semua itu berpolitik. Politik tidak hanya untuk mereka di senayan dan pemerintahan. Ini juga yang terjadi kepada Puan Maharani. Kita semua tau Puan Maharani adalah anak dari Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP. Dan kita semua tau bahwa PDIP menjadi salah satu partai yang selama ini eksis di dunia politik Indonesia. Tidak mau membuang percuma bayangan nama sang plokamator yang juga masih berkaitan darah langsung dengan Megawati dan Puan. Salah? Tentu tidak.

Megawati tentu ingin Puan sebagai anaknya mendapatkan pengalaman dan pengetahuan politik. Seperti pada bayangan ketika seorang orang tua menginginkan anaknya mendapatkan pengalaman dan pengetahuan di sekolah. Orang tua mencarikan sekolah terbaik untuk anaknya. Orang tua melakukan yang terbaik untuk anaknya. Begitupun Megawati sebagai orang tua. Salah? Tentu tidak.

Menjadi partai pendukung pasangan Presiden terpilih di pemilu 2014. PDIP pasti tidak mau kehilangan momentum ini. Puan Maharani di dapuk menjadi Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK). Posisinya menjadi pilihan langsung Presiden (yang kita tau juga menjadi kader PDIP). 

Ada yang salah dengan keputusan Presiden? Tentu tidak, pemilihan menteri menjadi salah satu hak ekslusif Presiden. Apakah PDIP/ Megawati/ Puan salah dalam hal ini? Tentu tidak. Tidak ada hukum yang dilanggar.

Dan yang terbaru Puan Maharani juga di dapuk menjadi ketua DPR setelah PDIP menjadi pemegang jumlah kursi terbanyak di DPR dalam hasil pemilu di mei lalu. Setelah mundur dari posisinya menjadi Menko PMK pada 30 September kemarin. Ya si anak kembali mendapatkan pengalaman dan pengetahuanya di politik (sekolah). Orang tua pastinya tak mau membuang pengalamannya yang bisa dijadikan bekal bagi si anak mendapatkan kesempatan yang baik.

Megawati sebagai orang tua tentunya tidak ingin membiarkan pengetahuan dan pengalaman politiknya selama ini menjadi terbuang begitu saja. Si anak sudah bersedia masuk dalam dunia politik. 

Keinginan Puan ini ternyata sudah di pupuk semenjak memilih masuk dalam jurusan Komunikasi Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jadi ya kenapa tidak Megawati sebagai orang tua memupuk Puan sebagai politisi yang berkualitas berdasarakan pengalamanya.

Baca Juga :ASUMSI RICUHNYA (R)UU KPK

Megawati mungkin memang berpolitik sebagai orang tua untuk anaknya. Seperti pada aktivitas politik yang dilakukan orang tua sebagai wali murid anaknya. Berusaha untuk mendapatkan dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tak ada yang salah dalam berpolitik orang tua ini. Semua masih sah-sah saja. Megawati melalui PDIP yang berpolitik untuk Puan juga sah-sah saja.

Megawati berpolitik untuk Puan sebagai orang tuanya. Mendompleng nama besar orang tua. Ini yang kemudian menjadi stigma negatif dalam politik orang tua. Solusinya?. Menjadi tanggung jawab si anak lah ketika besar untuk membuktikan keberhasilan si anak memang dengan usaha orang tua tapi tidak bergantung padanya. 

Puan kemudian mempunyai tugas yang lebih besar daripada menerima pengalaman dan pengetahuan politik dari usaha Megawati. Membuktikan bahwa dirinya layak. Membuktikan bahwa tidak ada yang salah dalam politik orang tua ini. Membuktikan bahwa ia bukan sekedar anak dari Megawati Soekarnoputri dan cucu dari sang proklamator, Soekarno. Membuktikan bahwa kemampuanya saat ini tidak hanya berasal dari politik orang tua tapi juga dari kemampua di dunia politk.

Orang tua berpolitik untuk si anak sejak masih di bangku sekolah. Orang tua pun bisa berpolitik di mana saja untuk si anak. Politik dan berpolitik adalah hal yang lumrah. Itulah seni dalam politik yang dibatasi oleh norma hukum. Politik orang tua sampai DPR. Ya bisa saja dong.

Kunjungi juga tulisan seputar hukum dan politik di Dari Catatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun