Mohon tunggu...
Stefani Jessica Herlyana
Stefani Jessica Herlyana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

seorang mahasiswi yang ingin berproses melalui kegiatan menulis. Menulis bukanlah kemampuan, melainkan kemauan untuk terus ingin berkembang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Respon dan Upaya Adaptasi Petani Sayuran terhadap Perubahan Iklim di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

17 Desember 2019   17:24 Diperbarui: 17 Desember 2019   17:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Latar belakang

Perubahan iklim di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang sejak lama menjadi pemicu munculnya dilema bagi para petani. Sifat tumbuh tanaman yang sangat bergantung dengan kondisi iklim sekitar tentu akan terkena dampak apabila terjadi perubahan iklim. 

Kondisi iklim yang kian lama sulit untuk diprediksi menjadi beberapa penyebab gagal panen atau kerusakan hasil panen. Kondisi yang tidak menentu ini harus diiringi dengan respon atau perilaku adaptif bagi para petani agar usahataninya dapat terus berjalan walaupun iklim mengalami perubahan baik secara mikro maupun makro. 

Perubahan iklim biasanya ditandai dengan meningkatnya curah hujan, kekeringan, suhu udara yang ekstrim, ataupun arah angin yang memiliki perubahan drastis.

Perubahan iklim di Indonesia menyebabkan banyak petani sayuran merugi karena terkena dampak pada penurunan kualitas maupun kuantitas hasil panen. Beberapa indikator perubahan iklim di Indonesia yang kerap terjadi adalah pada tiap pergeseran musim yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu dan kecepatan angin. 

Respon dari para petani tentunya berbeda-beda dalam menghadapi isu perubahan iklim tersebut. Perbedaan respon tersebut sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman dari masing-masing petani. 

Banyak petani yang mengerti akan tindakat yang harus diambil pada saat terjadi perubahan iklim, namun banyak juga yang masih belum memahami akar permasalahan dari perubahan iklim tersebut sehingga upaya adaptif terkadang masih belum terlaksana secara maksimal ( Hidayati dan Suryanto, 2015).

Perubahan iklim mikro di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat merangsang para petani sayuran untuk terus melakukan upaya dalam menghadpinya. Para petani mengerti perubahan iklim secara mum, namun pengethauan petani akan respon terhadap perubahan iklim masih cukup rendah. 

Beberapa upaya yang dilakukan oleh petani sayuran dalam menghadapi perubahan iklim adalah dengan cara menggeser waktu tanam, mengubah pola tanam, mengubah teknik pengairan dan drainase, mengubah tekik pengolahan tanah, dan mengubah teknik pengendalian OPT. upaya-upaya tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan keterampilan dengan upaya adaptif yang diambil.

Pembahasan

Cara atau metode adaptasi petani terhadap perubahan iklim di Desa Cibodas sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman bertani, akses informasi pertanian, keikutsertaan petani dalam kelompok tani, dan masih banyak lagi. Beberapa upaya yang dilakukan disajikan dalam grafik sebagai berikut:

  • Menggeser Waktu Tanam
  •             Petani menggeser waktu tanam dengan cara mengikuti masa musim hujan yang ada. Ketika musim hujan datang lebih awal, maka petani akan mempercepat waktu tanam, sedangkan jika musim hujan tidak segera datang maka petani akan memperlambat waktu tanam sayuran. Indikator adanya musim hujan biasanya dinilai dari turunnya hujan selama 3 hari berturut-turut. Apabila hujan terjadi selama 3 hari, maka petani menyimpulkan bahwa saat itu telah memasuki musim penghujan.
  • Mengubah Pola Tanam
  • Perubahan pola tanam yang dilakukan oleh petani ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang kerap dialami. Pada umumnya, petani di Desa Cibodas menerapkan sistem tanam multiple cropping. Petani kerap mengaplikasikan sistem tumpang sari dengan memanfaatkan pemulsaan anorganik. Adanya perubahan iklim pada wilayah tersebut, petani melakukan kegiatan adaptif dengan cara pemilihan sayuran yang memiliki usia panen pendek. Pada saat melakukan rotasi tanam, petani lebih memilih untuk menanam sayuran eksklusif karena memiliki usia tanam lebih pendek dan cara perawatan yang lebih mudah dibandingkan dengan jenis sayuran yang lain seperti tomat dan cabe.
  • Perubahan Teknik Pengairan dan Drainase
  •             Perubahan iklim yang terjadi biasanya menyebabkan curah hujan yang mrningkat begitu tinggi dengan waktu yang singkat. Perubahan tersebut biasanya diiringi dengan tingginya suhu udara, sehingga lahan yang semula basah akan menjadi lebih cepat kering.  Perubahan teknik pengairan dan drainase dirasa menjadi alternatif yang cocok diterapkan untuk tetap mempertahankan kondisi air dalam tanah. Aplikasi dalam melakukan perubahan teknik ini dilakukan dengan cara pemanfaatan diesel untuk menarik air dari sungai ke kolam penampungan air sehingga kebutuhan air untuk penyiraman dapat terus terpenuhi. Pada musim hujan, para petani meninggikan guludan dan memperdalam parita untuk menghindari resiko penggenangan air di sekitar tanaman.
  • Perubahan Pengolahan Tanah
  • Petani yang tadinya menggunakan cara konvensional dalam mengelola tanah, kini telah memanfaatkan mulsa karena keinginan petani untuk  meminimalkan pengelolaan tanah pada tanaman sayuran. Penggunaan mulsa dapat menjadi upaya adaptif ketika menghadapi kekeringan. Mulsa dapat menjaga kelembaban tanah dan penyiraman dapt terjadi dengan efisien.
  • Perubahan Pengendalian OPT
  • Perubahan iklim tentunya memicu serangan OPT yang dapat mempengaruhi penunrunan kualitas dan kuantitas hasil sayuran. Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani sayuran diterapkan dengan cara memberikan pencegahan secara nabati. Petani tidak lagi melakukan pengendalian dengan cara kimia. Para petani memanfaatkan pestisida, insektisida, dan fungisida dari bahan-bahan nabati.

Kesimpulan

Upaya-upaya yang dilakukan oleh para petani di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat sudah baik diterpakan. Petani menerapkan upaya-upaya adaptasi tersebut berdasarkan pengamalannya selama bertani. Petani masih belom memiliki akses informasi terhadap perubahan iklim dari BMKG sehingga seharusnya perlu adanya koordinasi dari Dinas Pertanian atau BMKG untuk memberikan sarana bagi para petani agar dapat lebih mudah mengetahui perubahan iklim secara berkelanjutan. Informasi mengenai perubahan iklim menjadi hal yang penting bagi petani dan keberhasilan usahataninya, sehingga diharapkan dengan adanya informasi yang jelas petani dapat membuat perencanaan usahatani yang tepat dan sesuai dengan kondisi iklim yang terjadi di wilayahnya.

Referensi Bacaan

Hidayati, I. N., dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 16(1): 42-52.

Kurniawati, F. 2012. Pengetahuan dan Adaptasi Petani Sayuran Terhadap Perubahan Iklim (studi Kasus: Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). Universitas Padjajaran Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun