Baca juga: Siapa yang Berani "Menghukum" Israel? oleh Dwi Heryana
Sebagaimana yang disampaikan oleh The Korea Herald, masyarakat Korea Selatan yang tergabung dalam gerakan anti-Korea Utara mengirimkan selebaran pesan kritis mengenai Kim Jong Un yang dinilai telah melanggar hak asasi manusia.
Sejarah Gencatan Senjata di Semenanjung Korea
Seperti yang tertulis dalam sejarah, kita ketahui bersama bahwa pada mulanya Korea Selatan dan Korea Utara adalah satu negara bagian yang berdaulat penuh atas Semenanjung Korea.Â
Tepat pada tahun 1945, saat Uni Soviet, China dan AS serta Sekutu terlibat dalam perang dingin, Semenanjung Korea terbagi menjadi dua bagian kelompok dengan menganut ideologi yang berbeda.Â
Pada waktu itu Soviet dan China bersama-sama menguatkan ideologi komunis serta Kekuatan Barat penganut kapitalisme juga melakukan hal yang sa,a. Soviet kemudian menunjuk Kim Il Sung yang memimpin Korea di tentara 'Beruang Merah' dan kelak yang melahirkan pemimpin-pemimpin di Korea Utara.Â
Perpecahan tersebut kemudian menciptakan dua kubu; tentara utara dan tentara selatan. Keduanya saling melakukan invansi dan serangan. Selama dua tahun berturut-turut dari tahun 1951, kedua negara bagian tersebut terus terlibat dalam peperangan yang panas.Â
Gencatan senjata nyatanya masih menjadi opsi bagi dua negara yang sedang mengalami konflik. Setidaknya keputusan tersebut menjadi keputusan yang terbaik, mengingat peperangan telah merenggut kebahagiaan banyak orang. Termasuk anak-anak yang tidak berdosa, yang justru malah jadi korbannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H