Sudah menjadi hal biasa apabila sebuah negara mengalami berbagai dinamika dalam menjalani kehidupan bernegara. Konflik dan  perbedaan pendapat antara masyarakat dan pemerintah adalah hal biasa. Setiap kejadian yang terjadi dan memiliki dampak besar akan dicatat dalam sejarah.Â
Maka, kutipan Bung Karno yang digaungkan saat pidato 17 Agustus 1966 mengenai Jasmerah "jangan sekali-kali meninggalkan sejarah", benar-benar diterapkan oleh sebuah negara. Mereka mengabadikan sejarah dalam bentuk buku, foto, maupun film.
Film sejarah adalah film yang dibuat berdasarkan catatan sejarah. Hal tersebut memiliki tujuan supaya sejarah tidak hanya bisa dinikmati melalui gambar dan buku saja, melainkan divisualisasikan dalam film.
Di Korea Selatan, film sejarah juga sering diproduksi. Ada banyak film dan drakor yang mengambil latar belakang sejarah. Sama halnya dengan Indonesia, Korea Selatan juga pernah mengalami pergolakan. Di tahun 1980, terjadi peristiwa yang disebut dengan 'Gwangju Uprising' atau 'Pemberontakan Gwangju'.Â
Baca juga:Â Nonton Youth of May Episode 1: Potret Gwangju di Tahun 1980-an
Pemberontakan Gwangju adalah peristiwa pergerakan demokratisasi di Gwangju dimana saat presiden Park Chung Hee terbunuh di tahun 1979, Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo mengambil alih kekuasaan dan menyebabkan kekecewan rakyat Korea Selatan.Â
Oleh karena itu, pemberontakan Gwangju adalah salah satu peristiwa berdarah sekaligus peristiwa kelam bagi Korea Selatan.
Ada beberapa rekomendasi film dan drakor tentang Pemberontakan Gwangju, berikut yang bisa kamu tonton:
Pemberontakan Gwangju dalam Film A Taxi Driver (2017)
Saya terkesima saat pertama kali menonton film A Taxi Driver. Dibintangi oleh Song Kang Ho, Thomas Kretschmann, dan Yu Hae Jin, A Taxi Driver menceritakan jasa seorang pengemudi taxi bernama Kim Man Seob yang mengantar seorang jurnalis dari Jerman untuk datang ke Gwangju.Â
Awalnya Tidak ada yang menyangka, seorang pengemudi taxi mengambil andil dan menyaksikan secara langsung kekejaman yang terjadi di sana. Ada pertumpahan darah antara masyarakat dan tentara bersenjata.Â