Mohon tunggu...
Stefani
Stefani Mohon Tunggu... Guru - Stefani

Stefani 25 September Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Erik Erikson (8 Stages of Psychological Development)

26 November 2021   23:09 Diperbarui: 26 November 2021   23:10 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erik Erikson seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Lahir di Frankfurt, Jerman 15 Juni 1902. Hidup sebagai seniman dan penyair. Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dimulai oleh Freud. Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), paruh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya). Perkembangan berlangsung melalui delapan tahap menurut Erikson. Tahap yang berurutan itu tidak diurutkan menurut suatu jadwal tetap dan setiap orang memiliki jadwal yang berbeda. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki waktunya sendiri untuk menjadi manusia yang berkembang dan menjadi dewasa.

Erikson membagi tahap-tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego pada masing-masing tahap yaitu: 1. Kepercayaan Dasar vs. Kecurigaan Dasar. Sikap dasar yang dipelajari bayi ketika ia dapat mempercayai lingkungannya. Anak yang berada di dalam lingkungan yang dipercayainya, maka anak akan berkembang ke arah positif. Kepercayaan ini menyebabkan anak di masa selanjutnya berani melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya. 2. Otonomi vs. Perasaan Malu dan Keragu-Raguan. Pada tahap ini difokuskan pada pengembangan rasa kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan rasa kemandirian. Otonomi merupakan dasar kemampuan anak untuk berpikir dan bertindak dengan rasa percaya diri dan mandiri. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi yang menuntut otonomi dalam melakukan pilihan bebas. 3. Inisiatif vs. Kesalahan. Anak mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia  sekitarnya melalui permainan langsung dan interaksi sosial. Anak yang berhasil dalam tahap ini mempunyai rasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. 4. Kerajinan vs. Inferioritas. Pada tahap ini, anak harus belajar mengontrol imjinasinya dan mulai menempuh pendidikan formal. Anak beralih dari masa pertengahan ke akhir kanak-kanak, Anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.

5. Identitas vs. Kekacauan Identitas. Dalam tahap ini remaja mencari rasa diri dan identitas pribadi, melalui eksplorasi nilai-nilai pribadi, keyakinan dan tujuan hidup. Dalam tahap ini, anak berdampingan dengan masa pubertas menuju kedewasaan. Jika remaja menjajaki peran tersebut dengan cara yang sehat maka identitas positif akan tercapai. 6. Keintiman vs. Isolasi. Tahapan ini merupakan tahapan komitmen dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepekaan diri cenderung memiliki kekurangan komitmen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi. 7. Generativitas vs. Stagnasi. Pada tahap ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Generativitas adalah keadaan yang dialami oleh orang dewasa yang berhasil melakukan berbagai tugas dalam membina generasi penerus. 8. Integritas vs. Keputusasaan. Dalam tahapan ini, seseorang dapat melihat kembali kehidupan yang telah dijalani dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan.

Pada kenyataannya di kelas, delapan tahapan ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan dan memilih pembelajaran yang cocok di kelas. Tahapan-tahapan tersebut juga membantu anak-anak dalam melihat jalannya atau proses pembelajaran hidup mereka dari awal sampai akhir. Tahapan- tahapan ini dapat menuntun anak menjadi pribadi dewasa seutuhnya dengan kelebihan, kekurangan, dan keunikan mereka masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun