Mohon tunggu...
Stefan Sikone
Stefan Sikone Mohon Tunggu... Guru - Mengajar di SMAN 1 Tengaran - Kab. Semarang dan Entreprenuer Bisnis Online

Saya senang menulis dan mengamati bisnis online. Saya berlayar di 3 pulau ilmu: filsafat, ekonomi manajemen, komputer. Mendirikan LPK Bistek untuk memberikan pendidikan dan latihan gratis bisnis online bagi masyarakat yang berminat.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Cinta Digital: Benarkah AI bisa Menggantikan Manusia?

13 Agustus 2024   21:42 Diperbarui: 13 Agustus 2024   21:47 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Perkembangan teknologi AI (Artificial Intelligence) semakin pesat dan mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia.

Salah satu perkembangan terbaru adalah munculnya chatbot AI yang dirancang untuk menjadi teman atau pasangan bagi manusia.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius tentang etika dan implikasi hubungan manusia-AI.

Artikel ini membahas kekhawatiran tentang potensi dampak negatif hubungan manusia-AI, baik bagi individu maupun komunitas.

Penulis menekankan bahwa hubungan dengan AI berbeda dengan hubungan manusia-manusia, karena AI hanyalah teknologi, bukan makhluk hidup dengan perasaan dan emosi.

Penulis mengutip Hannah Arendt, seorang filsuf politik, yang dalam esainya "The Conquest of Space and the Stature of Man" (1963) mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk terestrial yang berkembang dalam konteks bumi.

Teknologi yang dirancang untuk membawa manusia keluar dari konteks ini, seperti eksplorasi ruang angkasa atau hubungan AI, dapat merusak kemampuan manusia untuk berkembang.

Arendt berpendapat bahwa teknologi seharusnya digunakan untuk meningkatkan kehidupan manusia di bumi, bukan untuk memisahkan manusia dari alam.

Hubungan manusia-AI, menurut Arendt, dapat menyebabkan manusia secara mental dan emosional terputus dari dunia nyata dan komunitas mereka.

Penulis juga mengemukakan beberapa alasan mengapa hubungan manusia-AI dapat merugikan:

Pertama, Kurangnya Timbal Balik:

AI tidak dapat merasakan emosi, memiliki keinginan, atau membangun kepercayaan seperti manusia. Hubungan dengan AI menjadi tidak seimbang dan tidak memberikan manfaat emosional yang sama seperti hubungan manusia-manusia.

Kedua, Penurunan Interaksi Manusia:

Waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan AI mengurangi waktu yang tersedia untuk hubungan manusia-manusia, yang merupakan faktor penting dalam perkembangan dan kesejahteraan manusia.

Ketiga, Kerentanan Emosional:

Manusia yang terikat dengan AI dapat mengalami kesulitan dalam membangun dan memelihara hubungan dengan manusia lain, karena mereka mungkin mengandalkan AI untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka.

Keempat, Eksploitasi Emosional:

Pengembangan AI yang dirancang untuk menciptakan hubungan emosional dengan manusia dapat dianggap sebagai eksploitasi, karena AI tidak memiliki kapasitas untuk merasakan emosi yang sama seperti manusia.

Penulis menyimpulkan bahwa hubungan manusia-AI menimbulkan risiko serius bagi individu dan komunitas.

Untuk mengurangi potensi kerusakan, penulis menyarankan penerapan batasan etis dalam hubungan manusia-AI.

Penulis menyarankan beberapa langkah untuk melindungi manusia dari potensi bahaya hubungan dengan AI:

Batasan Legal: 

Perusahaan teknologi harus dilarang menjual data pribadi dari percakapan manusia dengan AI.

Batasan Emosional dan Intelektual: Perusahaan teknologi harus memberikan peringatan kepada pengguna tentang sifat AI sebagai alat, bukan pengganti hubungan manusia-manusia.

Batasan Usia: 

Akses ke chatbot AI harus dibatasi untuk orang dewasa, agar anak-anak tidak salah mengartikan hubungan dengan AI sebagai hubungan dengan manusia.

Artikel ini memberikan perspektif penting tentang etika dan implikasi hubungan manusia-AI. Penulis menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun