Dunia digital semakin canggih, tapi sayangnya, ada orang jahat yang memanfaatkannya untuk mencuri data dan uang kita. Mereka disebut peretas atau hacker, dan mereka punya banyak cara licik untuk mencapai tujuan jahat mereka.Â
Gimana Peretas Beraksi?
1. Phishing: Peretas pura-pura jadi orang atau lembaga terpercaya, lalu kirim email atau pesan palsu. Tujuannya agar kita ketipu dan kasih data pribadi, seperti username, password, atau nomor kartu kredit. Contohnya, tahun 2016, peretas kirim email palsu dari Google buat nyuri data pengguna Gmail.
2. Serangan Brute Force: Peretas coba tebak kata sandi kita dengan mencoba semua kemungkinan kombinasi. Mereka pakai software khusus buat ngelakuin ini. Contohnya, tahun 2012, grup hacker LulzSec berhasil bobol situs web besar seperti Sony, FBI, dan CIA.
3. Serangan DDoS: Peretas pakai banyak komputer yang udah diretas buat ngebanjiri server target dengan data. Akibatnya, server jadi lemot dan gak bisa diakses. Contohnya, tahun 2016, serangan Mirai pakai ribuan perangkat internet buat ngebanjiri situs web terkenal.
4. Manfaatkan Celah Keamanan: Peretas cari celah keamanan di sistem atau software yang kita pakai. Mereka masuk ke sistem kita dan curi data. Contohnya, tahun 2017, serangan ransomware WannaCry manfaatkan celah keamanan di Windows buat ngunci data dan minta tebusan.
5. Keylogging: Peretas pasang software di komputer kita buat ngerekam semua tombol yang kita tekan. Dengan begitu, mereka bisa tau password, nomor kartu kredit, dan data penting lainnya. Contohnya, tahun 2014, peretas pasang keylogger di toko ritel besar di Amerika Serikat buat nyuri data kartu kredit pelanggan.
Bahaya Peretasan di Dunia Cryptocurrency
Dunia cryptocurrency juga jadi target peretas melalui berbagai cara:
1. Serangan Phishing ke Wallet Cryptocurrency:Â
Peretas kirim email atau pesan palsu buat ngerayu kita kasih password wallet cryptocurrency. Kalau kita gak hati-hati, mereka bisa curi uang kita.
2. Serangan ke Bursa Cryptocurrency: Peretas bisa bobol bursa cryptocurrency dan curi uang pengguna. Contohnya, tahun 2014, bursa Mt. Gox dibobol dan sekitar 850.000 Bitcoin dicuri.
3. Penipuan ICO: Peretas buat proyek cryptocurrency palsu buat ngerayu investor kirim uang. Setelah itu, mereka kabur dengan uang investor.
4. Serangan ke Jaringan Blockchain: Peretas bisa bobol jaringan blockchain dan ubah transaksi atau curi uang.Â
5. Malware Mining: Peretas pasang malware di komputer kita buat mencuri tenaga komputer kita. Tenaga komputer ini mereka pakai buat nge-mining cryptocurrency tanpa sepengetahuan kita.
Peretas Juga Menyerang Data Pemerintah
Metode peretasan yang sama juga digunakan untuk mencuri data pemerintah. Contohnya:
1. Tahun 2020, Serangan Phishing Terhadap Pejabat AS:Â
Peretas yang didukung negara, diduga dari Rusia, kirim email palsu buat nyuri data login pejabat tinggi di pemerintahan AS.
2. Tahun 2021, Serangan Phishing Terhadap Kementerian Pertahanan Indonesia: Peretas kirim email palsu yang mirip surat resmi Kementerian Pertahanan buat nyuri data sensitif.
3. Tahun 2021, Serangan Brute Force Terhadap Sistem Jaringan Pemerintah AS: Peretas yang diduga dari China, coba tebak password dan masuk ke sistem jaringan pemerintah AS buat nyuri data penting.
4. Tahun 2022, Serangan DDoS Terhadap Situs Web Pemerintah Ukraina: Peretas ngebanjiri situs web pemerintah Ukraina buat ganggu layanan publik dan komunikasi.
5. Tahun 2021, Serangan SolarWinds: Peretas yang diduga dari Rusia, manfaatkan celah keamanan di software SolarWinds buat masuk ke jaringan pemerintah AS dan nyuri data penting.
6. Tahun 2020, Serangan Keylogging Terhadap Pejabat Pemerintah Inggris: Peretas yang diduga dari Rusia, pasang keylogger buat nyuri password dan data penting dari pejabat pemerintah Inggris.
Kesimpulan
Peretasan data adalah ancaman serius yang bisa merugikan kita semua. Kita harus hati-hati dan selalu jaga keamanan data kita.Â
Di dunia cryptocurrency, keamanan sangat penting. Kita harus pakai wallet yang aman, aktifkan otentikasi dua faktor, dan hati-hati memilih bursa atau proyek cryptocurrency. Â
Kita juga harus waspada terhadap serangan peretasan yang bisa terjadi di dunia nyata, termasuk di pemerintahan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H