Paus Fransiskus melihat bahwa komika memiliki "bakat yang berharga" yang dapat menjadikan senyum sebagai sarana untuk menyebarkan perdamaian di antara orang-orang dan negara-negara.Â
Mereka juga mampu mengungkapkan kelebihan kekuasaan, mengangkat isu-isu yang terlupakan, dan menyoroti perilaku yang tidak pantas, tanpa menyebarkan kepanikan atau ketakutan.
Paus mengajak para komika untuk menggunakan humor dengan bijak. Humor haruslah inklusif dan proaktif, tidak menyinggung atau merendahkan orang lain.Â
Paus memberikan contoh bahwa kita bahkan bisa bercanda dan tertawa bersama dengan Tuhan, tetapi tetap dengan menjaga perasaan keagamaan para penganut, terutama yang miskin.
Kesimpulan:
Pertemuan antara Paus Fransiskus dengan para komika dari seluruh dunia menggarisbawahi pentingnya peran mereka dalam menyebarkan kegembiraan dan memandang dunia dengan harapan.Â
Komika memiliki kekuatan untuk mengatasi kesulitan dan stres, memecah batasan sosial, serta menciptakan hubungan antara manusia. Mereka juga mampu membawa senyum dan kegembiraan kepada orang-orang yang sulit melihat hidup dengan harapan.
Dalam menghadapi situasi yang sulit dan krisis, kita perlu belajar untuk tetap tersenyum dan melihat realitas dengan segala kontradiksinya.
Kita perlu menghargai peran komika dalam menyebarkan kegembiraan dan memandang dunia dengan harapan. Mari kita belajar untuk tidak hanya terjebak dalam berita-berita yang muram, tetapi juga mencari sisi positif dalam setiap situasi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H