Selain rasa cinta, kunci sukses langgengnya hubungan rumah tangga adalah komunikasi dan rasa saling menghargai. Misalnya, pria ingin mendapatkan apresiasi dari pasangan atas kerja keras yang sudah dilakukannya, dalam mencari nafkah setiap hari. Sedangkan wanita ingin mendapatkan apresiasi atas semua pekerjaan rumah yang berhasil ia lakukan. Tidak adanya apresiasi lama-kelamaan akan membuat pasangan justru mencari hal tersebut dari orang lain. Inilah yang selanjutnya menjadi bibit-bibit munculnya perselingkuhan.
Perselingkuhan itu sendiri memiliki dampak yang buruk dan dapat merugikan kedua belah pihak, oleh karena itu pasangan tersebut akan mengalami penderitaan di dalam hidupnya
Ketidakpuasan dari Kehendak
Sebelum membahas lebih jauh tentang ketidakpuasan tersebut, perlu diketahui sebuah pemikiran dari filsuf jerman yang lahir di Danzig pada tahun 1788 yang bernama Arthur Schopenhauer. Ia merupakan seorang filsuf yang mengemukakan mengenai kehendak pada manusia, ia memandang perselingkuhan sebagai manifestasi dari keinginan untuk hidup, yang merupakan kekuatan pendorong di balik semua tindakan manusia.
Menurut Schopenhauer, kehendak bagi manusia adalah sumber penderitaan tanpa akhir, dan penderitaan adalah esensial bagi kehidupan manusia dan semakin meningkat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam diri manusia, pikiran-pikiran (rasio) hanya merupakan lapisan saja, sedangkan kehendak menjadi hakikat manusia yang tidak hanya berperan sebagai penggerak hidup manusia sehingga ia mampu bertindak dan berpikir, tetapi juga menjadi penggerak dari unsur-unsur dasar dalam tubuh. Kehendak (keinginan) adalah kekuatan irasional dan buta yang berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan cara apa pun, bahkan jika hal itu berarti menyebabkan penderitaan bagi orang lain. Oleh karena itu, Schopenhauer kemungkinan besar akan memandang perselingkuhan sebagai tindakan egois yang didorong oleh keinginan individu akan kesenangan dan kepuasan diri sendiri, bukan kepedulian yang tulus terhadap kesejahteraan pasangannya.
Berdasarkan isu diatas dapat disimpulkan bahwa munculnya ketidakpuasan terhadap suatu pasangan dikarenakan tuntutan nafsu yang seringkali bertentangan dengan keinginan pribadi kita, sehingga melemahkan kita. Sehingga selalu muncul tanpa henti terhadap keinginan untuk mencari pasangan yang lebih dari sebelumnya. Ketika kita setelah mendapatkan sesuatu yang kita inginkan maka kita akan berada di fase kebosanan, dan setelah itu sifat dari kehendak itu sendiri akan muncul secara natural pada manusia.
Steandy Nico Oktabriant | 1512300053
Fakultas Psikologi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI