Keunggulan lain dari Irbis-E bilamana dibandingkan dengan radar pesawat tempur kita terdahulu seperti F-16 baik yang A/B maupun Block 52ID adalah dia termasuk radar ESA (Electronically Scanned Array) Â Dimana dia bisa melakukan sapuan secara elektronis tanpa memerlukan pergerakan fisik antenna.
Irbis E sendiri juga mampu menggerakkan antennanya secara fisik untuk memperbesar cakupan. Fitur semacam ini juga dimiliki oleh pendahulu Irbis E yaitu N011M Bars yang dimiliki oleh negara tetangga kita Malaysia dan nanti Myanmar. Â Radar dengan fitur ESA secara umum lebih unggul daripada radar lain metode sapuannya masih mengandalkan pergerakan antenna seperti APG-66/68 dan ELTA yang (mungkin) sudah terpasang di T-50 Golden Eagle kita. Keunggulan utama dari radar ESA adalah sbb :
1.Secara umum radar mampu memberikan update/pemutakhiran data sasaran dengan lebih cepat dan akurat.
2.Relatif lebih tahan terhadap pengacakan, karena pola pemancaran antennanya bisa diatur.
3.Memungkinkan pemanduan beberapa rudal sekaligus baik berpandu radar aktif (cth :AMRAAM,RVV-AE) maupun semi aktif (R-33, R-27RE).Â
Irbis-E sendiri dalam kategori ESA, digolongkan sebagai PESA atau Passive Electronically Scanned Array. Hal ini dikarenakan ia masih tergantung pada satu unit pemancar berupa TWT (Travelling Wave Tube). Lebih jauh lagi berbeda dengan radar PESA seperti Zaslon pada MiG-31, Irbis menganut sistem "Hybrid array" dimana setiap modul antenna yang dimilikinya tidak hanya berisi phase shifter untuk mengarahkan sapuan radar secara elektronis melainkan juga modul penerima.
Dengan demikian Irbis E dapat mengubah pola pemancaran antennanya sama seperti radar AESA (Active Electronically Scanned Array)  Walaupun terbatas hanya pada waktu ia mendengar (receive). Mengenai  perbedaan, bibit,bebet dan bobot antara AESA dan PESA akan saya bahas lain waktu karena keterbatasan tenaga.  Sekarang kita bergerak ke potensi kedua yaitu kemampuan anti pesawat peringatan dini/AWACS.Â
2.Kemampuan kontra AEW/AWACS atau standoff jammer.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa tetangga-tetangga kita terutama di utara, selatan dan barat sudah memiliki dan mengkonsep kemampuan ISR (Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) Terutama dengan pengadaan pesawat dengan radar peringatan dini (AEW-Airborne Early Warning) Â Seperti Singapura dengan basis Gulfstream G-550 dan Australia dengan Wedgetail.Â
Pesawat-pesawat semacam itu memiliki potensi sangat besar sebagai ancaman bilamana terjadi konflik karena kemampuan mereka untuk mendeteksi sasaran dari jarak sangat jauh (400-500 km) Lalu ditambah kemampuan pernika seperti pengacakan dan penjejakan terhadap emisi radar atau komunikasi TNI. Mereka dapat secara aktif membantu pesawat tempur lawan menemukan sasarannya. Â Tak pelak keberadaan mereka dalam konflik akan sangat menyulitkan dan dengan demikian mereka mutlak harus dihancurkan.Â