Seiring dengan semakin banyaknya perangkat-perangkat yang digunakan dalam keseharian kita, maka peran monitoring perangkat dan jaringan menjadi sangat penting. Dengan menggunakan sistem monitoring jaringan dan perangkat , maka perusahaan dan instansi bisa mendapatkan informasi akurat mengenai kondisi perangkat, server hingga jaringan yang memastikan semua aplikasi berjalan dengan baik.Â
Semenjak kami menangani sistem monitoring jaringan di tahun 2005, kami sudah melihat potensi penggunaan sistem monitoring jaringan secara terpusat. Untuk perusahaan dan instansi pemerintah, kebanyakan masih memilih pola monitoring jaringan secara on-premise, terutama sebelum masa pandemi.Â
Namun seiring dengan penggunaan berbagai teknologi cloud, layanan cloud, serta perangkat IoT yang semakin marak. Maka sangat diperlukan adanya sistem jaringan perangkat yang bisa diakses setiap saat, dan pilihan untuk memasangnya di jaringan layanan cloud menjadi pertimbangan utama.Â
Disinilah kembali kita memikirkan teknologi apa yang sebaiknya digunakan untuk monitoring jaringan, perangkat serta aplikasi secara cloud-based. Pendekatan yang paling sederhana adalah memindahkan server monitoring yang semula ada di on-premise, di ruang server / data center kita, ke layanan cloud. Tapi tentu tidak semudah yang dibayangkan ternyata. Ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan.Â
Pertama, monitoring secara terpusat dari layanan cloud, tentukan apa yang ingin anda monitor dengan tepat. Mengapa saya harus katakan ini, karena umumnya layanan cloud menggunakan pengukuran biaya berdasarkan beberapa parameter, seperti biaya infrastruktur server, biaya lisensi yang digunakan, bandwidth yang dipakai, hingga storage.Â
Maka harus dipilih jenis perangkat apa saja yang mau dimonitor, bagaimana cara memonitornya, protokol yang digunakan, serta berapa lama waktu monitoringnya. Sebagai contoh, bila ingin memonitor ketersediaan perangkat, umumnya kita menggunakan PING. Dan ping ini menggunakan protokol ICMP. Tiap paket ICMP atau PING ini akan menggunakan 64 byte. Bila kita melakukan monitoring per menit, maka tiap 60 detik akan ada 64 byte yang lewat di jaringan cloud kita. Bila ada 100 device perangkat yang dimonitor, maka jumlah paket 64 byte x 100 = 6400 byte per menit. Inilah yang harus diperhatikan.Â
Tentukan kita mau monitoring apa saja, dan dengan menggunakan metode apa. Bila memastikan ketersediaan (availability), maka cukup menggunakan PING dengan protokol SNMP. Bila ingin memastikan performansi, maka kita bisa monitoring CPU traffik, dengan menggunakan SNMP. Bila ingin memastikan bandwidth, kita bisa menggunakan SNMP Traffic. Tentukan ini sangat penting untuk menghemat penggunaan layanan cloud.Â
Kedua, cari sistem monitoring yang menggunakan pendekatan agent atau remote probe. Oleh karena alasan di atas, maka sangat penting kita bisa menghemat bandwidth layanan cloud kita, dengan mencari dan menggunakan produk sistem monitoring yang mendukung arsitektur berbasis agen, atau remote probe. Dengan pendekatan agent atau remote probe based, maka semua monitoring yang dilakukan di remote area tertentu, bila lebih dari satu perangkat akan dikumpulkan dahulu dalam perangkat yang berperan sebagai agent atau remote probe. Kemudian dalam periode waktu tertentu, agent atau remote probe ini mengirimkan informasinya ke server yang ada di cloud. Maka dengan cara ini penggunaan bandwidth akan lebih hemat.Â
Ketiga, perhatikan penggunaan CPU dan storage di cloud. Salah satu hal yang penting juga diperhatikan adalah penggunaan CPU dan penyimpanan (storage) yang ada di cloud. Dengan  mengaktifkan monitoring tertentu, terutama yang sangat tinggi penggunaan CPU., seperti system log, atau Sislog, ini akan sangat membebani trafik dan CPU. Demikian juga dengan monitoring yang di-set waktu jeda sangat singkat. Bila menggunakan waktu jeda monitoring singkat, seperti per menit, maka log yang dikumpulkan dalam sistem monitoring akan menjadi sangat besar, dan ini tentu akan meningkatkan penggunaan storage yang ada.Â
Keempat, menyesuaikan notifikasi alert. Setelah kita menentukan apa yang kita ingin monitor, memasang semua di remote probe atau agent yang ada. Maka selanjutnya adalah notifikasi. Untuk memastikan ini, kita perhatikan bagaimana biasanya kita menerima alert yang ada. Umumnya semua sistem sudah bisa mengirimkan via email. Tapi mungkin kurang mendapatkan perhatian karena banyak email masuk setiap saat. Maka kita harus gunakan cara lain, misal menggunakan telegram atau sosial media lain.Â
Berikutnya adalah berapa lama jeda waktu kita menerima notifikasi. Tiap sistem monitoring memiliki pola yang bisa kita sesuaikan kebutuhan. Dengan notifikasi yang ketat, per kejadian alert, maka email dan telegram kita mungkin akan penih informasi ini. Maka sesuaikan untuk informasi kritikal saja yang perlu mendapatkan perhatian , itulah yang kita kirimkan ke sistem alert yang biasa kita gunakan.Â
Sistem seperti PRTG Network Monitor, banyak digunakan di perusahaan dan instansi pemerintah. Semenjak hadir di Indonesia tahun 2009, ditangani oleh perusahaan seperti PT Daya Cipta Mandiri Solusi atau PT Daya Cipta Mandiri Monitoring saat ini, PRTG NM juga dipasang di layanan cloud oleh perusahaan penggunanya. Tapi sejak 2021, PRTG juga meluncurkan versi layanan cloud, atau dikenal dengan PRTG Hosted Monitor. Produk ini membantu perusahaan yang ingin menggunakan produk PRTG dengan monitoring dari cloud, cukup berlangganan secara online atau melalui mitra lokal, kemudian memasang remote probe di tempatnya.Â
Sangat menarik, produk seperti ini akan sangat membantu perusahaan dan instansi, terutama di masa-masa liburan saat ini. dimana semua layanan aplikasi, perangkat dan jaringan harus tetap dimonitor, meskipun dalam libur Lebaran seperti sekarang ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H