Saat ini data center di Indonesia baru mencapai kapasitas 200 MW, sedangkan kebutuhannya mencapai 1000 MW. Data center sendiri merupakan pangsa pasar empuk bagi PLN dan pembangkit listrik mandiri, karena kebutuhan sumber daya listriknya yang tinggi dan stabil. Dari 200 MW yang ada, PT DCI memiliki kapasitas 56 MW, dan sisanya terbagi dalam puluhan data center lokal yang ada. Tercatat dalam anggota APTIKNAS sendiri ada beberapa data center lokal, seperti ZettaGrid, Dwi Tunggal Perkasa, NAPINFO dan Datacomm. Target kapasitas ini tentu akan dikejar oleh banyak provider data center lokal.Â
Internet Exchange Lokal
Selain geliat perkembangan data center, kita juga harus mempertimbangkan banyak dibangunnya Internet Exchange lokal. Hal ini karena sebagian besar trafik Internet di Indonesia masih melalui jaringan internet exchange yang ada di Singapura dan Hongkong. Dengan adanya dibangun internet exchange lokal maka tentu penggunaan bandwidth antar data center di Indonesia akan lebih baik, lebih hemat dan tentu lebih cepat diakses.
Hosting ke Cloud Data Center
Selain tumbuhnya banyak provider data center, dunia hosting juga mulai beralih ke layanan cloud data center. Mereka umumnya jauh lebih siap, karena telah memiliki server-server yang ditempatkan di data center hosting provider. Perbedaannya tentu adalah jenis layanan yang mereka sediakan. Cloud hosting sering disebut demikian, selain layanan lain yang mereka bisa sediakan. Tidak banyak provider hosting yang bisa bertahan di tengah gempuran provider cloud global yang sangat kuat di marketing dan branding mereka.Â
Multicloud , Hybrid dan Private Cloud
Ada tren menarik yang muncul di perusahaan, yaitu penggunaan multicloud. Karena sebagian besar layanan yang digunakan adalah IaaS, maka penggunaan multicloud tidak mengalami kendala berarti. Tapi bila telah menggunakan layanan spesifik lainnya, maka tidak mudah dilakukan. Strategi Multicloud juga diambil terutama oleh perusahaan terbuka untuk memastikan infrastruktur mereka tidak terikat dengan satu cloud provider saja. Di lain pihak, ada juga perusahaan dan instansi yang memilih menerapkan private cloud, sehingga mereka memiliki layanan cloud private secara lokal, tapi tetap bisa gunakan layanan cloud publik (hybrid). Dalam layanan yang kami berikan, kami melihat segmen pengguna Vmware sangat besar di Indonesia, dan sebagian besar kami tawarkan layanan cloud Zettagrid. Bila mereka memiliki kebutuhan spesifik, kami berikan layanan GCP. Sedangkan bila hanya fokus di layanan berbasis Linux, kami berikan layanan Linode dari Akamai. Semua layanan ini mendukung berbagai penerapan multicloud dan hybrid. Untuk layanan private cloud, kami menyediakan Nutanix dan terakhir produk terbaru yaitu ZStack.
Micro Data Center
Seiring dengan perkembangan data center terpusat, baik di cloud atau onpremise, maka tetap diperlukan adanya data center secara mandiri di remote, atau yang dikenal juga dengan micro data center. Dengan implementasi micro data center, dimana dalam satu rak saja semua perangkat bisa ditempatkan dalam satu tempat, dengan standar seperti data center pada umumnya, maka implementasi edge data center menjadi lebih mudah. Solusi seperti Huawei Digital Power FusionModule500, APC Micro Data Center, Rittal dan beberapa merek lainnya.
Edge Computing
Selain micro data center, tren edge computing juga tumbuh. Penggunaan server, micro data center yang melakukan prosesing dan bisa terintegrasi dengan aplikasi, database dan storage yang ada di cloud menjadi ciri implementasi edge computing. Penerapan edge computing sangat membantu di Indonesia yang masih memiliki keterbatasan akses bandwidth dan internet, terutama di area rural. Maka peluang produk dan solusi edge computing juga sangat baik.