Dalam transformasi digital, banyak hal sangat mungkin terjadi. Hal ini karena transformasi, atau perubahan ini adalah proses yang cepat dan tidak pernah berhenti. Maka banyak perusahaan dan instansi bertanya, dari mana mereka harus memulai transformasi digital ?
Kita pernah dengar ini bukan, "adaptasi atau mati". Ini bukan omongan kosong. Kita telah melihat buktinya. Nokia itu contoh nyata. Ini semua bahkan sudah diprediksi jauh sebelum transformasi digital muncul. Badai kehancuran yang kreatif ini muncul sejak 1938, semenjak teknologi diprediksi akan mengakibatkan ini.Â
Maka transformasi bagi perusahaan dan instansi, khususnya transformasi digital harus dicermati, dipertimbangkan, dipersiapkan dan dirumuskan.Â
Coba kita lihat apa yang sangat mungkin kita transformasikan.Â
Pertama, dalam konteks KOMPETISI. Transformasi termasuk transformasi digital telah terbukti mengganggu keseimbangan antara pasar besar di konsumen dan organisasi. Platform digital dan sosial membuat konsumen menjadi lebih 'berkuasa' dan saling terhubung. Ini mengubah kontrol yang tadinya dimiliki perusahaan dan instansi, menjadi customer in control, konsumen yang pegang kontrol. Tidak mengherankan, viralnya kucing yang dijemput balik oleh kepala layanan cabang BCA menjadi sangat viral, dan menentukan siapa bank yang paling peduli dengan pelanggannya.Â
Kedua, Kompetisi dari segala arah. Bisnis yang baru apalagi menggunakan digital muncul secara pesat di berbagai bidang saat ini, tidak hanya teknologi informasi saja. Dan ini akan mengubah rantai nilai, karena mereka dengan mudah bergerak dari satu sektor ke sekotr lain, secara horisontal. Tidak heran, sekarang semua bisnis merubah cara mereka bisnis. Tadinya rumit harus ke cabang, sekarang hanya via app di smartphone, kita bisa melakukan semua transaksi perbankan. Di saat yang sama, asuransi juga demikian. Tidak perlu proses rumit, semua hanya dari smartphone. Tidak ada print dan tandatangan lagi. Semua berubah.
Ketiga, perubahan pola keuntungan. Ini yang selalu saya tanyakan tiap kali startup menyampaikan idenya ke saya. Dimana ambil untungnya ? Bagaimana business modelnya? Anda untung dimana?Â
Perusahaan dan instansi juga harus memikirkan ulang. Tidak bisa lagi pola beli jual, ambil margin. Sekarang berubah. Tidak perlu beli, bisa sewa. Tidak perlu invest, bisa bagi hasil. Semua berubah. Â Perusahaan dan instansi mencari pola baru dari 'cash cow' mereka. Tidak hanya dengan pola lama, tapi terus dikembangkan. Dan konsumen semakin jeli, melihat mana yang lebih menguntungnya untuknya.
Keempat, Konsumen sumber ide. Karena konsumen sekarang memegang kontrol, seringkali konsumen memberikan masukan yang tidak masuk akal pada awalnya. Ada konsumen yang cerewet luar biasa, karena banyak hal. Mulai dari tidak suka antri, sekarang beralih ke online app semua, tidak perlu ketemuan. Konsumen yang mau cepat layanannya, cukup online saja. Ini yang dulu saya kenal sebagai perubahan interface pelanggan. Dari tatap muka ke online website, app , dan kanal sosial media.Â
Kelima, ledakan data yang luar biasa. Tanpa sadar, perusahaan dan instansi mengelola data demikian banyak. Tapi apakah semua data ini bisa diolah dengan baik, dan menghasilkan keputusan penting ?Â
Ini yang akan kami bahas juga dalam seminar mendatang, bagaimana manajemen data menjadi sangat penting bagi perusahaan dan instansi.Â
Semua ini harus diperhatikan perusahaan dan instansi agar transformasi digital yang sedang dirancang dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan .Â
Inilah yang selalu saya ajak anda untuk berperan serta, belajar bersama menjadi Digital Transformation Captain bersama EVENTCERDAS dan APTIKNAS. Sukses selalu untuk anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H