Ketiga, Indonesia punya potensi IoT, tapi tidak di hardware. Jujur memang harus saya akui, tidak banyak industri hardware IoT ada di Indonesia. Tapi industri software terkait IoT sangat besar potensinya.Â
Itulah sebabnya saya sampaikan kepada para binusian, bahwa kita harus biosa mengembangkan potensi programming dan aplikasi seputar IoT.Â
Keempat, Industry 4.0 dan Smart City merupakan faktor pendorong IoT di Indonesia. Kedua hal inilah yang membuat dalam lima tahun perkembangan IoT di Indonesia berkembang pesat.Â
Maka tidak salah program Making Indonesia 4.0, berlanjut ke Indi 4.0 dan membentuk ekosistem Sindi 4.0 meskipun belum berjalan optimal. Tapi salah satu kegiatan Startup4industry menjadi salah satu pemicu dan dari sana kami bisa melihat banyak startup bermunculan seputar tema IoT.Â
Kelima, perlu banyak sharing use-case. Use-case adalah contoh penerapan, atau cerita sukses implementasi yang harus dibagikan ke banyak orang.Â
Dalam banyak kesempatan, seringkali industri kurang berbagi terkait implementasi yang telah dilakukan. Ini yang sangat penting dan sering kami bagikan dalam berbagai kesempatan yang ada di seminar, webinar hingga workshop. Inilah peran asosiasi seperti APTIKNAS, terlibat aktif mengedukasi banyak orang. EVENTCERDAS sendiri telah melakukan banyak aktifitas seminar, webinar dan workshop terkait IoT.Â
Keenam, gunakan Design Thinking untuk kembangkan produk IoT. Dalam banyak kampus, termasuk Binus, pastinya Design Thinking telah menjadi salah satu yang harus dikuasai mahasiswa. Dengan design thinking, maka pengembangan IoT akan lebih optimal dan tepat guna.
Ketujuh, apa yang berkembang terkait IoT. Ternyata data global menujukkan bahwa pekerjaan IoT terkait integration sebesar 71%, solution design 57%, strategy consulting 53%, dan managed service 46%.Â
Semua ini membantu kita mengerti bahwa potensi perusahaan IoT bisa memfokuskan kepada hal-hal diatas.Â