Kecenderungan memberikan pekerjaan ini sebagai outsource semakin besar, karena memang perusahaan merasa, mereka tidak memberikan kontribusi kehadiran di kantor, sehingga wajar pola outsource, freelance, kontrak diterapkan. Tapi pencapaian, performansinya juga akan diukur berbeda.Â
Ketiga, pekerjaan WFO sangat penting. Ternyata, sebagian besar masyarakat kita masih sangat berharap menjadi pekerja resmi, hadir ke kantor, punya meja kerja, punya ruangan, punya laptop kerja, punya kartu nama, masih perlu status. Freelance mungkin dirasakan cukup bagi pemula, usia di bawah 30 mulai mencari kestabilan, tapi ini mengakibatkan mereka harus memilih. Pindah karir menjadi pekerja tetap, bukan freelance lagi.Â
Kalau kita lihat diatas, maka kita akan menemukan beberapa hal menarik di seputar kita. Ada anak muda di kota-kota besar Indonesia yang lebih cenderung untuk bekerja remote, fleksible waktu, tapi target dikontrol. Mereka nyaman sebagai freelance. Tapi begitu mulai memasuki usia matang, mereka mencari pekerjaan tetap, mencari keamanan di balik perusahaan. Maka WFO menjadi pilihan.Â
Mungkin kita masih dalam masa transisi, setidaknya 5-10 tahun kita akan melihat apakah tren ini akan berlanjut, yang muda suka WFH, yang dewasa cenderung WFO. Atau akankah berubah?
Kita lihat saja nanti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H